Halaman

Jumat, 29 Oktober 2010

Penyimpangan Mutawafsufiyah terhadap Muhammad Shalatu wa salamu 'alaih

Sebagaimana disebutkan oleh berbagai kalangan bahwa kaum Ahli Tasauf dan pengikut paham Zanadiq telah membuat berbagai hal yang bersifat berlebihan terhadap Nabi Shallahu ‘alaihi wa salam yang dengan jelas bertentangan dengan akidah dan pemahaman kaum muslimin Salaf .Dalam berbagai kitab mereka terdapat kalangan yang meletakkan dan menjunjung Nabi Shallahu ‘alaihi wa salam begitu menyimpang dari tuntunan agama (syara’) dan dengan begitu merasa tidak mempunyai pertikaian dan permasalahan apa pun dengan penyimpangan tersebut .Tentunya sikap ini tidak sepetutnya terjadi pada umat ini yang merupakan sebaik – baiknya hamba Allah .

Dalam risalah ini kami akan menjelaskan berbagai sikap yang sesungguhnya terhadap Muhammad dan Ahli Bait serta para shalihin dan bagaimana menghindari berbagai penyakitan dari kesalahpahaman yang sangat menyesatkan dan menyimpangkan aqidah dan pemikiran dan manhaj yang telah diakui oleh kalangan kaum muslimin .Sehingga dalam kajian dan pemahaman kaum muslimin ketataan terhadap Nabi dan juga para pemimpin Salaf merupakan sebuah keharusan dalam mengikuti petunjuk beliau dalam memerikan pemegahan dan pujiaan terhadap pribadi siapa pun dalam umat ini dalam konteks “Wala’” ,Mutawakkaliyah ,Isti’adhim” dan masih banyak yang lainnya.

‘AQAID AHLUS SUNNAH FI TA’LIQ
WIJHATUN MUHAMMAD

Berikut beberapa sikap yang ditujukan oleh para Salafush Shalih dalam memuliakan dan memberikan pennyanjungan terhadap Nabi saw dan para sahabat dan Shalafus Shalih .

1)      Mengikuti Sunnah Nabi dan Millah Beliau secara sungguh – sungguh .Dalam hal ini jelas bahwa Nabi SHallahu’alahi wa salam mengatakan bahwa ,”maka berpeganggalah kepada sunnahku dan kepada sunnah Khulafaur Rasyidah yang diberi bimbingan [1].”Hal ini tiada lain sebagaimana yang diuraikan oleh Syaikh Ibn Rajab Al Hambali bahwa :”Kaum Salaf menggolongkan As Sunnah (saw) sebagai bagian dari I’tiqad (‘aqidah) sehingga membahayakan bagi yang meninggalkannya.”Mengenai permasalahan ini jelas bahwa tidak ada pendapat (petunjuk) dan bimbingan yang lebih baik dibandingkan dengan Nabi Saw dan beliau merupakan pemegang panji kebenaran dan punjian yang begitu dahsyat dan bahkan tidak terdapat kebaikan bagi seorang pun kecuali dalam mengikuti petunjuk beliau .Hal ini bukan disebabkan bahwa dalam perkara diniyah kita mengikutinya akan tetapi juga dalam perkara – perkara yang terletak pada juruprudensial seperti dalam bidang kenegaraan ,hudud ,perdagangan dan berbagai aspek lainnya .Sehingga beliau memperingatkan kita untuk tidak mengikuti apaham dan ajaran atau pun pemikiran yang dibuat dan didasarkan pada pemahaman manusia yang tidak I’tisham sebagaimana yang terjadi di kalangan mutawafsufi dan ahli Falsaf dan pengikut ideologi tertentu yang dengan begitu mudahnya meninggalkan manhaj Nabi dan bahkan melempar seluruh ajaran dan petunjuk sekalipun mereka menyadari bahwa hal ini tidak haq.
2)       Selanjutnya adalah memberikan shalawat dan pujian kepada beliau sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al Quran ,” Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”[2]Sejumlah ulama mengatakan bahwa shalawat bukan hanya ditujukan sebagai loyalita akan tetapi merupakan adab yang menunjukkan penghargaan dan pemegahan atas pribadi beliau .Bahkan dalam sebuah hadits dikemukakan ,” Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah keluar membuang hajat (air besar). Beliau tidak mendapatkan seseorang yang mengikutinya (membawakan air), lantas Umar ke luar mengikuti Nabi dengan membawa timba atau alat untuk bersuci, lalu dia mendapati beliau sedang sujud di tempat gembalaan kemudian dia menyingkir lalu duduk di belakangnya, sehingga Nabi mengangkat kepalanya seraya berkata, 'Bagus engkau wahai Umar!, tatkala kamu mendapati saya sedang sujud lalu kamu menyingkir dari saya. Sesungguhnya Jibril telah mendatangi saya lalu berkata, "Barang siapa yang membaca shalawat kepadamu satu kali, maka Allah menyampaikan shalawat  kepadanya sepuluh kali, dan Allah mengangkat baginya sepuluh derajat.'"[3]
3)       Tidak melakukan berbagai hal yang melampau (ghuluw) dalam memuji dan memberikan pengagungan terhadap beliau .Disebutkan dalam sebuah hadits ,”Janganlah engkau memujiku sebagaimana kaum Nashrani memuji Isa putra Maria .”Terdapat pemahaman di kalangan kaum Salaf bahwa kita tidak diperkenankan untuk memberikan pujian kepada para Nabi Shalawallahu ‘alaihi wa salam selain dengan cara yang telah ditetapkan bahwa kita memberkati mereka dan menjauhi segala jenis penghinaan sebagaimana yang dipraktekkan oleh sebagian kaum Zanadiqah seperti kaum Jahmiyah dan pengikut Qaramatiyah .Kita juga percaya bahwa Muhammad merupakan utusan Allah yang mulia dan telah dianugerahkan segala keberkatan dan pujian yang layak kepadanya .Namun kita tidak pernah menganggapnya melampaui kedudukanya sebagai manusia biasa yang sekalipun I’tisham (terjaga) dari kesalahan namun bukan berarti beliau dapat luput dari kemanusiaannya .Kita menganggap beliau sebagai insan a’dhim dari segi siyar dan juga menganggapnya mempunyai syakhsiyah (person) yang sangat mulia .Namun hal ini tidaklah menyebabkan secara kemanusiaan (basyar) beliau mempunyai badan yang berbeda denga kita .Bahwa beliau merupakan manusia yang melalui proses yang alamiah secara parthegenoses dan juga beliau melewati masa – masa tertentu dalam kehidupannya sebagaimana manusia lainnya .Akan tetapi Nabi saw mempunyai beragam kemuliaan yang dapat diketahui dari kejiwaan dan kerahiman yang ditujukannya kepada para pengikutnya dan juga para penentangnya .
4)       Bahwa kita tidak diperkenankan untuk meninggikan suara di atas suara beliau .Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.[4]”Dalam hal ini bahwa yang dimaksud dengan meninggikan suara (mengeraskan) bukan hanya ketika para sahabat berbicara kepada Nabi saw ketika beliau masih hidup akan tetapi setelah kewafatan dirinya .Perlu dipahami meninggikan suara terhadap beliau dapat juga berarti menghinakan beliau dengan mengangkat pendapat orang selain beliau dalam mengemukakan ajaran (millah) dalam beragama .Sebagaimana diketahui bahwa Sufyat Ats Tsauri telah memperingatkan untuk tidak mengangkat pendapat (mendahulukan) pemikiran seorang pun melewati Sunnah Nabi .Hal ini sangat dipentingkan oleh kalangan Salaf bahwa pendapat terbaik berupa petunjuk yang tidak boleh diselisihi hanyalah yang dikemukakan oleh Nabi saw .Sehingga dalam hal ini merupakan keharusan bagi kaum muslimin untuk memberikan penghormata kepada beliau dan tafwidh tanpa menyimpangkan atau mengajukan pemahaman yang menentang beliau.
5)      Bahwa kita diharuskan memuliakan para sahabat radhiyallahu’anhum dan siapa pun di kalangan mereka dengan pujian dan pemuliaan .Bahwa kita memohon kepadaa Allah untuk memberikan keberkatan dan pahala sebesar – besarnya dan mendiamkan diri terhadap perselisihan yang diakibatkan oleh pengambilan keputusan tertentu .Bahwa kita tidak menghinakan mereka disebabkan oleh kesalahan mereka sebagaimana yang telah dilakukakan oleh kaum Muktaziliyin dan Syi’i .Kita juga berpendapat mereka merupakan manusia yang tertinggi martabatnya di kalangan umat Muhammad dan juga orang yang paling berjasa terhadap kalangan aum muslimin ketika mereka berjanji setia untuk memberikan pembelaan .Selain itu juga disebutkan dalam hadits shahih ,” Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku. Kalau ada orang yang menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan mencapai satu cupak[1] atau separonya dari yang telah mereka infakkan.”[5]
6)      Selain itu kita juga diharuskan untuk memuliakan Ahli Bait dan para Dzawil Qurba dengan memenuhi penghirmatan kepada mereka dengan wala’ dan juga penghormatan dan pemulian sebagaimana yang seharusnya .Selain itu juga kita diharuskan memberikan apa yang menjadi kewajiban kita terhadap mereka dan menjaga mereka sebagai amanat Nabi saw .Dengan demikian jelas bahwa hal ini merupakan sesuatu yang patut dilaksanakan sebagaimana yang telah disabdakan oleh Muhammad shalatu wa salamu ‘alaih ,”Kuingatkan kalian akan (kewajiban terhadap) ahli baitku.”.Dengan demikian kta dilarang untuk menyelisihi dan juga berbohong dan merendahkan martabat mereka (nawashib) dan menjauhi sekaligus menentang upaya apa pun dari kalangan musuh mereka sekalipun dalam hal tersulit ketika menghadapi berbagai permasalahan (ikhtilaf) dan juga penyimpangan dan fitnah di kaangan umat ini .

Demikianlah yang menjadi pemikiran juga cara para Salaf dalam memuliakan dan memberikan penghormatan kepada Nabi saw dan menjauhi penyimpangan dari kalangan tidak berakal .Bahwa dalam memuliakan beliau kita menyelishi kalangan yang ifrath(belebihan) dan tafrith(menghina) derajat beliau saw .Sehingga kita mengetahui dan memahami bahwa beliau merupakan manusia yang tertinggi dalam ketaatannya dan juga utusan dan kekasih Allah ,pemilik paji washilah dan keutamaan serta pemegang segala keberkahan dan rahmat yang diberikan untuk dirinya .Akan tetapi beliau tetaplah hanya manusia biasa yang juga berkehidupan layaknya manusia lainnya dan juga beliau juga memperoleh kerahmatan serta keberkahan dari Allah ta’ala dan oleh sebab itu kita melihat kemanusiaan beliau sebagai aspek dari kewajarannya .Akan tetapi kita mengakui bahwa beliau merupakan sebaik manusia yang menjadi pedoman bagi manusia .Barangsiapa yang mencintai beliau maka merupakan kewajiban dan kesungguhan untuk mengikuti millah dan agama beliau secara menyeluruh dan menjauhi berbagai bid’ah (penyimpangan) dalam beragama.

PENYIMPANGAN PARA AHLI TASAUF DALAM
MENETAPKAN KEMULIAAN DAN KETINGGIAN

Sebagaimana diketahui bahwa kalangan Ahli tasauf telah melakukan berbagai penyimpangan dan bid;ah yang berakibat pada kesesatan yang sangat berbahaya di kalangan mereka dalam memberikan pemuliaan dan penyanjungan terhadap Nabi saw .Sejumlah kelompok di kalangan mereka bahwkan menetapkan sifat Ar Rububiyah kepada beliau yang sebenarnya bukan merupakan apa yang menjadi ketinggian dan pemuliaan terhadap beliau .Hal ini menyebabkan setiap orang yang mempunyai kewarasan dan ingin untuk memperoleh petunjuk untuk menghindari berbagai bid;ah dan khurafat yang tidak layak dimaksudkan kepadanya .

(1)    Kalangan Ahli Tasauf menetapkan Nabi shallahu ‘alaih wa salam sebagai bahan dasar atau pun akal pembentuk dari seluruh bagian dunia .Hal ini sebagaimana yang diuraikan dalam kitab Fikrus Suffiyah ,”bahwa awal dari segala yang dihasilkan itu adalah akal pertama (kreation)” dalam ajaran ini mereka mengungkapkannya dalam konteks Hakikat Muhammadiyah .Dalam pemahaman mereka bahwa dari pribadi Muhammad saw segala sesuatu dihasilkan dan dibentuk .Sehingga menurut kalangan mereka dalam cahaya Muhammadlah semua hal terbentuk dan hanya dengandirinya segala kemuliaan langit dan bumi dihasilkan .[6]Pendapatnya ini ditantang oleh Imam Al Ghazali dengan menegaskan bahwa Allah lah sebenarnya yang menghasilkan dan menurunkan segala bentuk kreasionism dan menghiasi dunia dengan pancaran wajahnya .Hal ini diungkapkan dengan tegas ,” Oleh yang demikian,  cahaya hakiki ialah Dia yang menjadikan makhluk dan mentadbir mereka itu.  Dia yang memberi cahaya dan menahan cahaya.  Tidak ada sekutu baginya.  Cahaya itu Dia punya.  Yang lain tidak berhak campur tangan dalam urusanNya.  Kecuali ada juga Dia menggelar yang dijadikan itu "cahaya" semata-mata kerana ia menghendaki supaya dipanggil demikian.  Ibarat tuan yang hendak memberi hanya satu hadiah,  dan diberinya hamba itu nama "tuan".  Apabila hamba itu menyedari hakikat ini,  dia pun tahulah bahawa dirinya itu dan kepunyaannya itu adalah hak tuannya,  bukan hak dirinya.  Allah itulah tuan yang mempunyai sekelian Alam,  dan tidak ada apa dan siapa pun yang bersyarikat dengan Dia.”.
(2)    Mereka menetapkan bahwa Muhammad Saw telah bersanding dengan pribadi Allah Ta’ala di kedudukan ‘Arasy yang diagungkan .Mengenai permasalahan ini Al Hallaj dan Jalaluddin Rumi mengatakan bahwa Allah ta’ala telah menjelma menjadi Muhammad saw dan menampakkan seluruh kebesaran dan kemuliaannya terhadap beliau dalam rupa sebagai seorang hamba atau dalam pemahaman mereka ,”La wujudin illah” Hal ini jelas menyelishi pendapat kaum muslimin bahwa hanyalah Allah ta;ala saja yang merupakan pengenggam dan pemilik dari segala yang telah dihasilkannya termasuk dalam ‘Istiwanya di atas ‘Arsy .Hal ini sebagaimana yang diuraikan oleh Abul Hasan Al Asy’ari dalam kitabnya ,”Semua pemahaman ini menunjukkan bahwa Allah tidak beristiwa’ di dalam makhluknya ,Akan tetapi Allah beristiwa’ di atas ‘Arsy .Pemberian sifat sebagaimana yang kemukakan itu tidak mempunyai dasar kebenaran dan mereka tidak dapat memberikan penjelasan dan argumen yang kuat dalam masalah (tauhid) ini yang telah dilayangkan disebabkan mereka hanya mengandalkan penafsiran yang menyimpang (dari ketetapan) .”[7]
(3)    Selan itu mereka juga mengatakan bahwa Allah tidak menjadikan dunia ini selain disebabkan oleh Allag ta’ala .Perlu diketahui bahwa perkataan ini didasarkan pada kebatilan yang sengat berbahaya sebagaimana yang disebutkan oleh Ibn Jauzi dalam Al Muadhu’ah :”Hadits ini palsu sebagaimana tidak dipertentangkan [8].”Hal ini juga ditentang keras oleh para ulama sebab hal ini berarti dalam proses penciptaan tersebut Allah tegantung kepada sebuah tujuan daripada kehambaan seseorang .Padahal Allah dengan jelas telah menjadikan dunia sebagai sebuah entitas “peribadatan” .
(4)    Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh Al Haddad seorang mutawafsufiyah yang mengatakan sebuah pengagungan yang berbahaya kepada Rasul Allah ,”Sesungguhnya jasad ini tidak kosong dari beliau zaman ,makan,lokasi mau pun posisi ,seperti ‘Arsy ,Kursi serta selain keduanya .Oleh kejadian itu dipenuhi oleh Nabi saw hingga bumi terendah .Ia laksana penuhnya pemakaman Nabi saw.Dengan itu kami mendapati bahwa Nabi saw menempati di mana – mana saja untuk menunaikan hikmat .namun bagi mereka yang meliahat Nabi saw baik dalam keadaan sadar atau pun tidur maka dia akan melihatnya dalam suatu waktu tertentu dalam posisi yang sangat jauh [9].”Pendapat yang sangat menyimpang tersebut dengan tegas dibantah oleh As Sahim ,”Hai barangsiapa berpegang pada pendapat si penyeleweng serta golongan menyesatkan ini .Sebenarnya justru mereka telah menghujat Nabi saw dengan membesarkan penghujatan serta merendahkan beliau dengan sepenuhnya hinaan .Sebenarnya mereka melakukan hal yang disangka bahwa mereka mengagungkannya .Sikap berlebihan ini justru dengan dakwaan mereka bahwa jasad Nabi saw tidak menghilang di zaman ,tempat dan sebagainya .Sebenarnya musuh Allah ini tidak menjaga Nabi saw dari kekotoran .Seandainya benar permasalahan ini ,maka bagaimana dengan perut hewab seperti anjing dan khinzir (babi) ? Selain itu perkataan mereka bahwa jasadnya berada di ‘Arasy adalah hal yang tidak mungkin dari sudut kejadian serta riwayat yang shahih.”[10]
(5)    Muhammad ‘Atha’ Al Kassam yang menunjukkan pada pendapat yang menyimpag pula menetapkan bahwa ,”Beliau merupakan Quthub Al Aqthan yang dapat menarik manusia seluruhnya .Ia merangkumi para Nabi ,Wali serta selainnya dari yang pertama hingga yang terakhir .Ketahuilah ,hakikatnya beliau terdapat sebelumnya walau pun dalam keadaan ghaib[11].”Dengan jelas penyelewengan pendapat ini dibantah dengan tegas oleh Al Qasimi dalam sebuah kesempatan ,”Secara menyeluruh I’tiqaad yang batil dan merusak ini merupakan pegangan golongan Syi’ah terhadap Nabi saw dan para Nabi lainnya .Kelompok ini menganggap tidak seorang pun di kalangan para Nabi yang dikhususkan terpelihara dari melakukan kesalahan .Selain itu tidak seorang pun di kalangan para Nabi dikhususkan menerima wahyu serta turunnya malaikat kepada kelompok ini .Justru mereka mendakwa para imam Syi’ah ber’itisham dan memperoleh pengilhaman .Wallahu ‘alam

Demikianlah sebagian dari penyimpangan kaum sesat dalam menyikapi kedudukan Nabi saw dan bagaiamana ketidakpahaman mereka telah menyebabkan penyimpangan dalam berbagai hal dan sangat berbahaya terhadap ummat .Tidak pantas bagi kaum muslimin dalam memuliakan dan menghargai seseornag selain harus mengikuti petunjuk yang telah disebutkan dan menjauhi berbagai penyimpangan yang sebenarnya telah dipraktekkan kalangan Mutawafsufiyah yang jelas sangat menyesatkan dan menentang kebenaran .Dalam hal ini jelas bahwa sebenarnya petunjuk adalah yang berasal dari Allah dan utusannya dan seburuk perkara merupakan perkara yang dibuat didasarkan pada asumsi dan pemahaman manusia yang tidak terbimbing pada kebenaran .Sehingga demikianlah perkara bid’ah yang berbahaya dan tidak memberikan kebaian dalam hal apa pun dan menjauhkan manusia dari kebenaran yang telah diberikan .Allahu Mu’awakil


[1] Shahih Taghrib pp.149


[2] Al Ahzab : 56


[3] Shaih Adab Al Mufrad No.265


[4] Quran ,Al Hujurat : 2


[5] 1100 Hadits Pilihan Bab “Larangan Mencaci Sahabat” No.1


[6] Fikrus Sufiyah pp.178


[7] Al Ibanah pp.57


[8] Al Maudhu’ah 1/289


[9]Misbah Az Zullam pp.29 Ta’sisut Taqdis pp.8


[10] Ta’sisut Taqdis pp.8


[11] Aqwal Al Mardhiyah pp.18

Klaim Atas Kepalsuan Kitab Al Ibanah

Sebagaimana dipahami bahwa kalangan mutakallimin telah lama menuduh bahwa kaum muslimin eah melasukan termasuk para salafush Shalih terhadap matan Al Ibanah 'as Ushul Diyanah ()

Namun tuduhan ini akan diperlihatkan sebagai omongan konyol yang dibuat -buat tanpa didasari oleh pengetahuan dalam bentuk apa pun dan bahkan menunjukkan penyimpangan dan kesalahan mereka sebenarnya yang telah membual terhadal agama Allah dengan mencari pengesahan pada sumber yang asli dalam berbagai kitab para ulama .mereka melupakan bahwa kaum salaf Ash Shalih mempunyai segudang bukti yang dengan mudah bukan hanya menjustifikasi kitab Al Ibanah yang terdapat di kalangan mereka namun juga mengarahkan seluruh tuduhan itu secara penuh kekuatan terhadap yang pertama sekali berkata .Bukankah di dalam Islam untuk membuktikan sebuah keaslian dokumen /manuskrip hanya dengan mengandalkan periwayatan (musthal) dari sejumlah runtutan sanad atau pun membandingkannya dengan pemahaman kaum muslimin yang mu'tamd .Berikut beberapa cara ekseminasi dan pendapat dari para ulama Salafus Shalih yang menunjukka keaslian dari Al Ibanah yang akan sulit dimengerti mereka.

1)Sebagaimana diketahui bahwa selepes Imam Asy'ari kembali dari mazhab mutakallimin beliau telah mengarang dua kitab yang cukup besar yaitu Maqallat Al islamiyin dan juga Al Ibanah .Menurut penulis Syabadzatudz dzahab bahwa kitab terakhir yang ditulis oleh Asy'ari adalah Al Ibanah itu sendiri .Pendapat ini didukung oleh para cendikiawan muda Hilman Lathief yang mengatakan bahwa dalam mengumpulkan sejumlah riwayat mengenai kelompok yang menyeleweng dari agama Imam Asy;ari telah menetapkannya dalam Al Maqallat dan setelah itu menulis kitab Al Ibanah sebagai penjelasan dan juga justifikasi .Akan tetapi kitab terakhir beliau yang berjudul Al Lujma' Ar Raddk diragukan sepenuhnya merupakan kitab yang beliau tulis sebab perbedaan pemahaman 9millah dan juga manhaj dalam kitab ini dengan dua riwayat dari Al Maqalat dan Al Ibanah sebelumnya dalam berbagai tempat .


2) Kesaksian berikutnya terhadap keaslian dari kitab Al Ibanah juga diberikan oleh Imam Al "Ankabari dalam Syarahnya terhadap Al Ibanah .Dalam penulisan kitab Ini Imam Al Ankabari dengan tegas menetapkan bahwa pnulisan syarahnya dan juga pemahamannya merupakan bagian dari Manhaj Salaf .




 اَلشَّرْحِ وَالْإِبَانَةِ عَلَى أُصُولِ اَلسُّنَّةِ وَالدِّيَانَةِ
لابن بطة العنكبري
مُقَدِّمَةٌ  ([1])
وَبَعْدُ: فَقَدْ كَمُلَ اَلدِّينُ وَتَمَّ بِفَضْلِ اَللَّهِ تَعَالَى وَقَدْ عَاشَ أَصْحَابُ رَسُولِِ اَللَّهِ r فِي ظِلِّ هَذَا اَلدِّينِ تَجَمَعُهُمْ عَقِيدَةٌ صَحِيحَةٌ وَاضِحَةٌ فَقَدْ اِسْتَحْكَمَتْ آدَابُ اَلْإِسْلَامِ فِي نُفُوسِهِمْ فَضَرَبُوا أَرْوَعَ اَلْأَمْثِلَةِ لِأَجْيَالِ اَلدُّنْيَا قَاطِبَةً وَقَدْ شَهِدْتْ لَهُمْ نُصُوصُ اَلْقُرْآنِ بِهَذَا اَلسُّمُوِّ اَلْعَظِيمِ وَتِلْكَ اَلْمَكَانَةِ اَللَّائِقَةِ قَالَ اَللَّهُ تَعَالَى â كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ اَلْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاَللَّهِ  á ([2]) وَقَدْ زَكَّاهُمْ اَلْمَوْلَي سُبْحَانَهُ وَانْتَدَبَهُمْ لِيَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى اَلنَّاسِ قَالَ اَللَّهُ تَعَالَي â وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى اَلنَّاسِ  á ([3]) وَقَدْ خَلَفَ جِيلُ اَلصَّحَابَةِ أَبْنَاءَهُمْ وَأَحْفَادَهُمْ فَكَانُوا خَيْرَ خَلَفٍ لِخَيْرِ سَلَفٍ فَوَرِثُوا مَكَارِمَهُمْ وَتَمَسَّكُوا بِآدَابِهِمْ وَلَمْ يُفَرِّطُوا فِي شَيْءٍ مِنْ هَدْيِ اَلنُّبُوَّةِ وَإِرْثِ اَلصَّحَابَةِ فَكَانُوا نِعْمَةَ اَلْوَارِثِينَ وِسَادَةَ اَلْمُتَّقِينَ.
وَقَدْ دَخَلَ اَلنَّاسُ فِي دِينِ اَللَّهِ تَعَالَى طَوَاعِيَةً وَاخْتِيَارًا بَعْدَ أَنْ تَحَطَّمَتْ اَلْأَسْبَابُ اَلَّتِي كَانَتْ تَمْنَعُ وُصُولَ اَلْإِسْلَامِ إِلَى قُلُوبِهِمْ حَتَّى قَوِيَتْ شَوْكَةُ اَلْإِسْلَامِ وَكَثُرَ أَنْصَارُهُ فَبَسَطَ سِيَادَتَهُ عَلَى بِلَادٍ شَتَّى وَأَقَالِيمَ مُتَعَدِّدَةٍ وَقَدْ كَانَتْ هَذِهِ اَلْأَقَالِيمُ اَلْمَفْتُوحَةُ عَامِرَةً بِالدِّيَانَاتِ وَالْمَذَاهِبِ اَلْمُخْتَلِفَةِ وَكَانَ تُوَسَّعُ اَلْإِسْلَامِ فِيهَا عَلَى حِسَابِ تِلْكَ اَلدِّيَانَاتِ وَالْمَذَاهِبِ وَمَعَ أَنَّ اَلْغَالِبِيَّةَ اَلْعُظْمَى مِنْ أَتْبَاعِ هَذِهِ اَلدِّيَانَاتِ وَالْمَذَاهِبِ قَدْ دَخَلُوا فِي اَلْإِسْلَامِ- كَمَا قُلْنَا- طَوَاعِيَةً وَاخْتِيَارًا وَعَنْ

كَمَا كَانَ لِتَرْجَمَةِ كُتُبِ اَلْمَنْطِقِ وَالْفَلْسَفَةِ أَكْبَرُ اَلْأَثَرِ فِي إِدْخَالِ اَلْمَفَاهِيمِ اَلْغَرِيبَةِ عَلَى دِرَاسَةِ اَلْعَقِيدَةِ اَلْإِسْلَامِيَّةِ فِي عِلْمِ اَلْكَلَامِ , فَاشْتَدَّتِ اَلْمَعْرَكَةُ بَيْنَ اَلْحَقِّ وَالْبَاطِلِ وَبَلَغَتْ ذُرْوَتَهَا فِي أَيَّامِ اَلْإِمَامِ أَحْمَدَ أَكْثَرَ مِنْ ذِي قِبَلُ حَيْثُ قَامَ مُنَاصِرُو اَلتَّعْطِيلِ مِنَ اَلْجَهْمِيَّةِ مُسْتَنِدِيْنَ إِلَى سُلْطَانِ اَلْمَأْمُونِ فَرَاحُوا يَمْتَحِنُونَ اَلْعُلَمَاءَ وَيَنَالُونَ مِنْهُمْ وَبَعْدَ مَوْتِ اَلْمَأْمُونِ وَالْمُعْتَصِمِ تَسَلَّمَ اَلْمُتَوَكِّلُ زِمَامَ اَلْحُكْمِ فَأَحْيَا اَللَّهُ بِهِ مَذْهَبَ أَهْلِ اَلسُّنَّةِ وَعَلَتْ رَايَةُ اَلْحَقِّ وَابْتَدَأَ نَشَاطُ اَلدَّعْوَةِ إلى اَلْعَوْدَةِ إِلَى عَقِيدَةِ اَلسَّلَفِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمْ قَبْلِ أَنْ تَطْغَى عَلَيْهِمْ اَلْمَفَاهِيمُ اَلْفَلْسَفِيَّةُ وَالْمُجَادَلَاتُ اَلْكَلَامِيَّةُ , فَقَامَ اَلْإِمَامُ أَحْمَدُ  ([4]) بْنُ حَنْبَلٍ فَأَلَّفَ فِي بَيَانِ عَقِيدَةِ اَلْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ كِتَابَيْهِ اَلْمَعْرُوفَيْنِ "اَلسُّنَّةَ" و "اَلرَّدَّ عَلَى اَلزَّنَادِقَةِ و اَلْجَهْمِيَّةِ" وَتَلَاهُ اِبْنُهُ عَبْدُ اَللَّهِ فَكَتَبَ كِتَابَهُ اَلْمُوسَعَ "اَلسُّنَّةَ" فِي اَلرَّدِّ عَلَى اَلْمُعَطَّلِينَ وَالْوَاقِفَةِ وَاللَّفْظِيَّةِ وَالْمُشَبِّهَةِ, وَقَدْ تَوَالَى اَلتَّأْلِيفُ وَالتَّصْنِيفُ فِي عَقِيدَةِ اَلسَّلَفِ عَلَى ضَوْءِ اَلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ سِيَّمَا بَعْدَ أَنْ كَثُرَتِ اَلْفِرَقُ وَتَبَلْوَرَتْ أَفْكَارُهَا فَأَلَّفَ اَلْبُخَارِيُّ  ([5]) كِتَابَهُ "خَلْقَ أَفْعَالِ اَلْعِبَادِ" وَابْنُ أَبِي عَاصِمٍ اَلنَّبِيلُ  ([6]) كِتَابَ "اَلسُّنَّةِ" وَعُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ  ([7]) اَلدَّارِمِيُّ "اَلرَّدَّ عَلَى اَلْجَهْمِيَّةِ" "وَالرَّدَّ عَلَى بِشْرٍ اَلْمَرِيسِي"  ([8]) وَالْخِلَالُ كِتَابَ "اَلسُّنَّةِ" وَابْنُ خُزَيْمَةَ  ([9]) كِتَابَ "اَلتَّوْحِيدِ" وَالْعَسَّالُ  ([10]) كِتَابَ "اَلسُّنَّةِ" وَكَذَلِكَ اَلطَّبَرَانِيُّ  ([11]) والآَجِرِيُّ  ([12]) كِتَابَ "اَلشَّرِيعَةِ" وَكَانَ مِنْ بَيْنِ



اَلْأَنْظَارِ اَلْغَرِيبَةِ وَآرَاءِ عَهْدِ اِنْحِطَاطِ اَلْحَضَارَةِ اَلْإِسْلَامِيَّةِ مَعَ أَنَّ اَلْمَنْهَجَ اَلْعِلْمِيَّ اَلتَّارِيخِيَّ اَلصَّحِيحَ يَقْتَضِي أَنْ نَرْجِعَ إِلَى اَلْأُصُولِ اَلْأُولَى قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ  ([13]) .
فَإِذَا قَارَنَّا ذَلِكَ بِظَاهِرَةِ عَمَلِيَّاتِ إِحْيَاءِ تُرَاثِ اَلْمُعْتَزِلَةِ وَالْمُتَصَوِّفَةِ وَالْفِرَقِ اَلْأُخْرَى اِتَّضَحَتْ لَنَا ضَرُورَةُ اَلْعَمَلِ عَلَى إِحْيَاءِ تُرَاثِنَا اَلْإِسْلَامِيِّ اَلْعَظِيمِ وَنَشَرِ عُلُومِ اَلسَّلَفِ اَلصَّالِحِ وَمُسَاهَمَةً مِنِّى فِي هَذَا اَلْجَانِبِ جَعَلْتُ رِسَالَتِي لِلْمَاجِسْتِيرِ اَلدِّرَاسَةَ وَالتَّحْقِيقَ لِأَحَدِ اَلْكُتُبِ اَلسَّلَفِيَّةِ مَعَ اَلتَّعْلِيقِ عَلَيْهِ.
وَقَدِ اِخْتَرْتُ لِلدِّرَاسَةِ مِنْ بَيْنِ هَذِهِ اَلْكُتُبِ اَلسَّلَفِيَّةِ - كَمَا ذَكَرْتُ مِنْ قَبْلُ- كِتَابَ "اَلْإِبَانَةِ اَلصُّغْرَى" لِابْنِ بَطَّةَ, وَيَرْجِعُ اِخْتِيَارِي لِهَذَا اَلْكِتَابِ إِلَى اَلْأَسْبَابِ اَلْآتِيَةِ :-
1- أَنَّ هَذَا اَلْكِتَابَ يُمَثِّلُ مَذْهَبَ اَلْإِمَامِ أَحْمَدَ إِمَامِ أَهْلِ اَلسُّنَّةِ وَالْمَدَافِعِ عَنْ عَقِيدَةِ اَلسَّلَفِ لِأَنَّ اِبْنَ بَطَّةَ قَرِيبُ اَلْعَهْدِ مِنْ اَلْإِمَامِ أَحْمَدَ وَهُوَ عَلَى مَذْهَبِهِ فِي اَلْأُصُولِ كَمَا كَانَتْ إِقَامَتُهُ فِي عُكْبَرَا اَلَّتِي لَا تَبْعُدُ سِوَى عِدَّةِ فَرَاسِخَ عَنْ بَغْدَادَ مَوْطِنِ اَلْإِمَامِ أَحْمَدَ كَمَا أَنَّ اِبْنَ بَطَّةَ قَدْ رَوَى عَنْ تَلَامِذَةِ أَحْمَدَ .
2- إِنَّ اِبْنَ بَطَّةَ يُعْتَبَرُ مِنْ عُلَمَاءِ اَلْحَدِيثِ فِي عَصْرِهِ وَإِنَّ اَلرِّسَالَةَ اَلَّتِي بَيْنَ أَيْدِينَا قَدْ حَوَتْ مَا يَقْرُبُ مِنْ خَمْسِمِائَةٍ مِنَ اَلْأَحَادِيثِ وَالْآثَارِ, وَقَدْ كَانَ لِعُلَمَاءِ اَلْحَدِيثِ مَكَانَةٌ كَبِيرَةٌ فِي نُفُوسِ اَلْمُسْلِمِينَ وَلِذَا فَإِنَّ اَلنَّاسَ قَدْ وَضَعُوا ثِقَتَهُمْ فِيهِمْ وَصَارُوا يَتَعَرَّفُونَ عَلَى عَقَائِدِ اَلسَّلَفِ وَآرَائِهِمْ عَنْ طَرِيقِهِمْ وَهَذَا مِنْ أَهَمِّ اَلْأَسْبَابِ اَلَّتِي دَفَعَتْهُـمْ إِلَى اَلتَّصْنِيفِ فِي ذَلِكَ.
3- إِنَّ اَلْمَخْطُوطَةَ سَهْلَةٌ مُيَسَّرَةٌ مُخْتَصِرَةٌ قَدْ حَوَتْ أُصُولَ اَلْإِسْلَامِ كَامِلَةً وَالْمُؤَلِّفُ يَهْدِفُ بِهَذِهِ اَلرِّسَالَةِ إِلَى تَعْرِيفِ اَلْمُسْلِمِينَ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ اَلنَّبِيُّ r وَالصَّحَابَةُ فِي أَمْرِ اَلدِّينِ مِنَ اِعْتِقَادَاتٍ وَعِبَادَاتٍ وَمُعَامَلَاتٍ وَآدَابٍ وَبِذَلِكَ يَسْهُلُ اَلرُّجُوعُ إِلَيْهَا وَالِانْتِفَاعُ بِهَا.
4- اَلنِّسْيَانُ اَلَّذِي طَوَى هَذَا اَلْإِمَامَ اَلْجَلِيلَ قَدْ دَفَعَنِي إِلَى اَلتَّأْرِيخِ لَهُ وَنَشَرِ تُرَاثِهِ وَالتَّعْرِيفِ بِجُهُودِهِ فِي مَيْدَانِ اَلْعُلُومِ اَلشَّرْعِيَّةِ.
وَرَغْمَ صِغَرِ حَجْمِ اَلرِّسَالَةِ نِسْبِيًّا إِلَّا أَنَّهُ قَدْ وَاجَهَتْنِي فِي اَلْحُصُولِ عَلَى نُسْخَتِهَا وَتَحْقِيقِهاَ صُعُوبَتَانِ:



[1] - وهي خطبة الحاجة التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمها أصحابه وقد رواها سبعة من كبار الصحابة ، انظر رسالة ) خطبة الحاجة ) للشيخ محمد ناصر الدين الألباني.

[2] - وهي خطبة الحاجة التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمها أصحابه وقد رواها سبعة من كبار الصحابة ، انظر رسالة ) خطبة الحاجة ) للشيخ محمد ناصر الدين الألباني.

[3] - وهي خطبة الحاجة التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمها أصحابه وقد رواها سبعة من كبار الصحابة ، انظر رسالة ) خطبة الحاجة ) للشيخ محمد ناصر الدين الألباني.

[4] - توفي سنة 241.

[5] - توفي سنة 256 هـ .

[6] - توفي سنة 277هـ .

[7] - توفي سنة 280 هـ.

[8] - توفي سنة 311هـ .

[9] - توفي سنة 311هـ .

[10] - توفي سنة 349 هـ .

[11] - توفي سنة 360 هـ.

[12] - توفي سنة 360 هـ.

[13] - مقدمة كتاب "عقائد السلف ص 5 بتحقيق د: النشار والطالبي" واعتبرا تحقيق هذه الرسائل أول خطوة في هذه الدراسة التي تمثل المنهج السلفي ص 5 .



3)Berikutnya bahwa matan dalam kitab Al Ibanah tentang ajaran Ahlus Sunnah sesuai dengan apa yang diterangkan dalam kitab Al Maqallat dalam berbagai pembahasan sebagaimana yang diperlihatkan oleh beberapa pemahaman dalam kedua bagian berikut ini .

حكاية جملة قول أصحاب الحديث، وأهل السنّة
     جملة ما عليه أهل الحديث والسنّة، والإقرار بالله وملائكته، وكتبه، ورسله، وما جاء من عند الله، وما رواه الثقات عن رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يردّون من ذلك شيئاً، وأن الله سبحانه إلهٌ واحد فرد صمد لا إله غيره، لم يتّخذ صاحبةً ولا ولداً، وأن محمداً عبده ورسوله، وأن الجنّة حقٌّ، وأن النّار حقٌّ، وأن الساعة آتية لا ريب فيها، وأن الله يبعث من في القبور.
     وأن الله سبحانه على عرشه، كما قال: {الرحمن على العرش استوى} [طه: 5].
     وأن له يدين بلا كيف، كما قال: {خلقت بيدي} [ص:75].
     وكما قال: {بل يداه مبسوطتان} [المائدة: 65].
     وأن له عينين بلا كيف، كما قال: {تجري بأعيننا} [القمر: 14].
     وأن له وجهاً، كما قال: {ويبقى وجه ربّك ذو الجلال والإكرام} [الرحمن: 27].
     وأن أسماء الله لا يقال أنها غير الله، كما قالت المعتزلة والخوارج، وأقرّوا أن لله سبحانه عِلماً، كما قال: {أنزله بعلمه} [النساء: 166].
     وكما قال: {وما تحمل من أنثى ولا تضع إلا بعلمه} [فاطر: 11]. (ص: 291)
     وأثبتوا السمع والبصر، ولم ينفوا ذلك عن الله كما نفته المعتزلة، وأثبتوا لله القوّة، كما قال: {أَوَلم يروا أن الله الذي خلقهم هو أشدّ منهم قوّة} [فصلت: 15].
     وقالوا: أنه لا يكون في الأرض من خير ولا شرّ إلا ما شاء الله، وأن الأشياء تكون بمشيئة الله، كما قال عز وجل: {وما تشاؤن إلا أن يشاء الله} [التكوير: 29]
     وكما قال المسلمون: ما شاء الله كان، وما لا يشاء لا يكون.
     وقالوا: إن أحداً لا يستطيع أن يفعل شيئاً قبل أن يفعله، أو يكون أحد يقدر أن يخرج عن علم الله، أو أن يفعل شيئاً عَلِمَ الله أنه لا يفعله.
     وأقرّوا أنه لا خالق إلا الله، وأن سيئات العباد يخلقها الله، وأن أعمال العباد يخلقها الله عز وجل، وأن العباد لا يقدرون أن يخلقوا شيئاً.
     وأن الله سبحانه وفّق المؤمنين لطاعته، وخذل الكافرين، ولطف بالمؤمنين ونظر لهم، وأصلحهم وهداهم، ولم يلطف بالكافرين ولا أصلحهم، ولا هداهم، ولو أصلحهم لكانوا صالحين، ولو هداهم لكانوا مهتدين. (ص: 292)
     وأن الله سبحانه يقدر أن يُصلح الكافرين، ويلطف بهم حتى يكونوا مؤمنين، ولكنه أراد أن لا يصلح الكافرين ويلطف بهم، حتى يكونوا مؤمنين، ولكنه أراد أن يكونوا كافرين كما علم، وخذلهم وأضلّهم، وطبع على قلوبهم.
     وأن الخير والشرّ بقضاء الله وقدره، ويؤمنون بقضاء الله وقدره، خيره وشرّه، حلوه ومرّه، ويؤمنون أنهم لا يملكون لأنفسهم نفعاً ولا ضرّاً إلا ما شاء الله كما قال، ويلجئون أمرهم إلى الله سبحانه، ويُثبتون الحاجة إلى الله في كل وقت، والفقر إلى الله في كل حال.
     ويقولون أن القرآن كلام الله غير مخلوق، والكلام في الوقف، واللفظ من قال باللفظ أو بالوقف، فهو مبتدع عندهم، لا يقال اللفظ بالقرآن مخلوق، ولا يقال غير مخلوق.
     ويقولون أن الله سبحانه يُرى بالأبصار يوم القيامة، كما يُرى القمر ليلة البدر يراه المؤمنون، ولا يراه الكافرون، لأنهم عن الله محجوبون.
     قال الله عز وجل: {كلا إنهم عن ربهم يومئذٍ لمحجوبون} [المطففين: 15].
     وأن موسى عليه السلام سأل الله سبحانه الرؤية في الدنيا، وأن الله سبحانه تجلّى للجبل فجعله دكّاً فأعلمه بذلك أنه لا يراه في الدنيا، بل يراه في الآخرة. (ص: 293)
     ولا يُكفرون أحداً من أهل القبلة بذنب يرتكبه، كنحو الزنا والسرقة، وما أشبه ذلك من الكبائر، وهم بما معهم من الإيمان مؤمنون، وإن ارتكبوا الكبائر.
     والإيمان عندهم: هو الإيمان بالله وملائكته، وكتبه ورسله، وبالقدر خيره وشرّه، حلوه ومرّه، وإنّ ما أخطأهم لم يكن ليصيبهم، وما أصابهم لم يكن ليُخطئهم.
     والإسلام هو: أن يشهد أن لا إله إلا الله، وأن محمداً رسول الله على ما جاء في الحديث، والإسلام عندهم غير الإيمان.
     ويقرّون بأن الله سبحانه مقلّب القلوب.
     ويقرّون بشفاعة رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأنها لأهل الكبائر من أمّته وبعذاب القبر، وأن الحوض حقٌّ، والصراط حقٌّ، والبعث بعد الموت حقٌّ، والمحاسبة من الله عز وجل للعباد حقٌّ، والوقوف بين يدي الله حقٌّ.
     ويقرّون بأن الإيمان قول وعمل، يزيد وينقص، ولا يقولون مخلوق، ولا غير مخلوق.
     ويقولون: أسماء الله هي الله، ولا يشهدون على أحد من أهل الكبائر بالنار، ولا يحكمون بالجنّة لأحد من الموحّدين، حتى يكون الله سبحانه يُنزلهم حيث شاء.
     ويقولون: أمرُهُم إلى الله إنْ شاء عذّبهم، وإن شاء غفر لهم، ويؤمنون بأن الله سبحانه يُخرج قوماً من الموحّدين من النار على ما جاءت به الروايات عن رسول الله صلى الله عليه وسلم. (ص: 294)
     ويُنكرون الجدل والمراء في الدين، والخصومة في القدر، والمناظرة فيما يتناظر فيه أهل الجدل، ويتنازعون فيه من دينهم بالتسليم للروايات الصحيحة، ولما جاءت به الآثار التي رواها الثقات عدلاً عن عدل حتى ينتهي ذلك إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، ولا يقولون كيف ولا لم لأن ذلك بدعة.
     ويقولون: إن الله لم يأمر بالشر، بل نهى عنه، وأمر بالخير، ولم يرض بالشرّ، وإن كان مريداً له.
     ويعرفون حقّ السلف الذين اختارهم الله سبحانه لصحبة نبيّه صلى الله عليه وسلم، ويأخذون بفضائلهم، ويمُسكون عمّا شجر بينهم صغيرهم وكبيرهم، ويُقدّمون أبا بكر، ثم عمر، ثم عثمان، ثم عليّاً رضوان الله عليهم، ويُقرّون أنهم الخلفاء الراشدون المهديّون أفضل الناس كلّهم بعد النبيّ صلى الله عليه وسلم.
     ويصدّقون بالأحاديث التي جاءت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أن الله سبحانه ينزل إلى السماء الدنيا، فيقول: هل من مستغفر؟ كما جاء الحديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، ويأخذون بالكتاب والسنّة، كما قال الله عز وجل: {فإن تنازعتم في شيء فردّوه إلى الله والرسول} [النساء: 59]. (ص: 295)
     ويرون اتّباع من سلف من أئمة الدّين، وأن لا يبتدعوا في دينهم ما لم يأذن به الله.
     ويقرّون أن الله سبحانه يجيء يوم القيامة، كما قال: {وجاء ربك والملك صفّاً صفّاً} [الفجر: 22].
     وأن الله يقرب من خلقه كيف شاء، كما قال: {ونحن أقرب إليه من حبل الوريد} [ق: 16].
     ويرون العيد، والجمعة، والجماعة خلف كل إمام برٍّ وفاجر، ويُثبتون المسح على الخفّين سُنّةً، ويرونه في الحضر والسفر.
     ويُثبتون فرض الجهاد للمشركين منذ بعث الله نبيه صلى الله عليه وسلم إلى آخر عصابةٍ تُقاتل الدجّال، وبعد ذلك.
     ويرون الدعاء لأئمة المسلمين بالصّلاح، وأن لا يخرجوا عليهم بالسيف، وأن لا يقاتلوا في الفتنة، ويصدّقون بخروج الدجال، وأن عيسى بن مريم يقتله. (ص: 296)
     ويؤمنون بمنكر ونكير، والمعراج، والرؤيا في المنام، وأن الدعاء لموتى المسلمين والصدقة عنهم بعد موتهم تصل إليهم.
     ويصدّقون بأن في الدنيا سَحَرةً، وأن الساحر كافر كما قال الله، وأن السحر كائن موجود في الدنيا.
     ويرون الصلاة على كل من مات من أهل القبلة برّهم وفاجرهم، وموارثتهم.
     ويقرّون أن الجنّة والنّار مخلوقتان.
     وأن من مات مات بأجله، وكذلك من قُتل قُتل بأجله.
     وأن الأرزاق من قِبل الله سبحانه يرزقها عباده حلالاً كانت أم حراماً، وأن الشيطان يوسوس للإنسان، ويُشكّكه ويخبطه.
     وأن الصالحين قد يجوز أن يخصّهم الله بآياتٍ تظهر عليهم.
     وأن السنّة لا تُنْسَخ بالقرآن.
     وأنّ الأطفال أمرُهم إلى الله إنْ شاء عذَّبهم، وإنْ شاء فعل بهم ما أراد.
     وأن الله عالم ما العباد عاملون، وكتب أن ذلك يكون، وأن الأمور بيد الله، ويرون الصبر على حكم الله، والأخذ بما أمر الله به، والانتهاء عمّا نهى الله عنه، وإخلاص العمل، والنصيحة للمسلمين.
     ويدينون بعبادة الله في العابدين، والنصحية لجماعة المسلمين، واجتناب الكبائر والزنا، وقول الزور، والعصبية، والفخر والكِبر، والإزراء على الناس، والعُجْب. (ص: 297)
     ويرون مجانبة كل داعٍ إلى بدعة، والتشاغل بقراءة القرآن، وكتابة الآثار، والنظر في الفقه مع التواضع والاستكانة، وحسن الخُلُق، وبذل المعروف، وكفّ الأذى، وترك الغيبة والنميمة، والسّعاية، وتفقُّد المأكل والمشرب.
     فهذه جملة ما يأمرون به ويستعملونه ويرونه - وبكل ما ذكرنا من قولهم نقول وإليه نذهب، وما توفيقنا إلا بالله، وهو حسبنا ونعم الوكيل، وبه نستعين، وعليه نتوكل، وإليه المصير -. (ص: 298)
     فأما أصحاب عبد الله بن سعيد القطان
     فإنهم يقولون بأكثر ما ذكرناه عن أهل السنّة، ويُثبتون أن البارئ تعالى لم يزل حياً عالماً قادراً، سميعاً بصيراً، عزيزاً عظيماً، جليلاً كبيراً، كريماً مريداً، متكلّماً جواداً.
     ويُثبتون العلم والقدرة والحياة، والسمع والبصر، والعظمة والجلال والكبرياء، والإرادة والكلام صفاتٍ لله سبحانه.
     ويقولون: إن أسماء الله سبحانه وصفاته لا يقال هي غيره، ولا يقال أن علمه غيره، كما قالت الجهمية.
     ولا يقال أن علمه هو هو، كما قال بعض المعتزلة، وكذلك قولهم في سائر الصفات، ولا يقولون العلم هو القدرة، ولا يقولون غير القدرة.
     ويزعمون أن الصفات قائمة بالله، وأن الله لم يزل راضياً عمّن يعلم أنه يموت مؤمناً ساخطاً على من يعلم أنه يموت كافراً، وكذلك قوله في الولاية والعداوة والمحبّة.
     وكان يزعم أن القرآن كلام الله غير مخلوق، وقوله في القدر كما حكينا عن أهل السنّة والحديث، وكذلك قوله في أهل الكبائر، وكذلك قوله في رؤية الله سبحانه بالأبصار.
     وكان يزعم أن البارئ لم يزل، ولا مكان ولا زمان قبل الخلق، وأنه على ما لم يزل عليه، وأنه مستوٍ على عرشه كما قال، وأنه فوق كل شيء تعالى. (ص: 299)

4)Kesaksian Lainnya juga diberikan dalam berbagai kitab mengenai Sifat Istiwa sebagaimana yang diterangkan dalam Al Ibanah dalam bagian kelima dengan terang benderang .Berikut kutipan dari riwayat mukhtasar Al 'Uluw (1/1-17) yang juga memberikan pendapat serupa


بسم الله الرحمن الرحيم
مقدمة المصنف
لا إله إلا الله عدة للقاء الله
رب يسر وأعن وتمم واختم بخير في عافية يا كريم
الحمد لله العلي العظيم رب العرش العظيم على نعمه السابغة الظاهرة والباطنة والحمد لله على نعمة التوحيد وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له شهادة توجب من فضله المزيد
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله خاتم الأنبياء والشفيع في اليوم الشديد
وعلى آله صلاة أدخرها ليوم الوعيد
أما بعد فإني كنت في سنة إحدى وتسعين وستمائة جمعت أحاديث وآثارا في مسألة العلو وفاتني الكلام على بعضها ولم أستوعب ما ورد في ذلك فذيلت على ذلك مؤلفا أوله سبحان الله العظيم وبحمده على حلمه بعد علمه
والآن فأرتب المجموع وأوضحه هنا وبالله أستعين وهو حسبنا ونعم الوكيل
[ جزء 1 - صفحة 8 ]
الآيات والأحاديث الواردة في العلو
[ جزء 1 - صفحة 11 ]
آيات الإستواء والعلو
1 - قال الله تعالى ومن أصدق من الله قيلا إن ربكم الله الذي خلق السموات والأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش
2 - وقال تعالى وهو الذي خلق السموات والأرض في ستة أيام وكان عرشه على الماء
3 - وقال تعالى في وصف كتابه العزيز تنزيلا ممن خلق الأرض والسموات العلى الرحمن على العرش استوى
4 - وقال تعالى الذي خلق السموات والأرض وما بينهما في ستة أيام ثم استوى على العرش الرحمن
إلى غير ذلك من آيات الإستواء
5 - وقال تعالى ثم استوى إلى السماء وهي دخان فقال لها وللأرض ائتيا طوعا أو كرها قالتا أتينا طائعين
6 - وقال تعالى ثم استوى إلى السماء فسواهن سبع سموات
7 - وقال تعالى يدبر الأمر من السماء إلى الأرض ثم يعرج إليه في يوم كان مقدراه ألف سنة متما تعدون
8 - وقال تعالى إليه يصعد الكلم الطيب
9 - وقال تعالى إني متوفيك ورافعك إلي


 [ جزء 1 - صفحة 12 ]


10 - وقال تعالى وما قتلوه يقينا بل رفعه الله إليه
11 - وقال تعالى في الملائكة يخافون ربهم من فوقهم
12 - وقال تعالى أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض فإذا هي تمور أم أمنتم من في السماء أن يرسل عليكم حاصبا
13 - وقال تعالى ذي المعارج تعرج الملائكة والروح إليه
14 - وقال تعالى وقال فرعون يا هامان ابن لي صرحا لعلي أبلغ الأسباب أسباب السموات فأطلع إلى إله موسى وإني لأظنه كاذبا
إلى غير ذلك من نصوص القرآن العظيم جل منزله وتعالى قائله


 [ جزء 1 - صفحة 13 ]


الأحاديث الواردة في العلو
فإن أحببت يا عبد الله الإنصاف فقف مع نصوص القرآن والسنن ثم انظر ما قاله الصحابة والتابعون وأئمة التفسير في هذه الآيات وما حكوه من مذاهب السلف
فإما أن تنطق بعلم وإما أن تسكت بحلم
ودع المراء والجدال فإن المراء في القرآن كفر كما نطق بذلك الحديث الصحيح
وسترى أقوال الأئمة في ذلك على طبقاتهم بعد سرد الأحاديث النبوية
جمع الله قلوبنا على التقوى الهوى
فإننا على أصل صحيح وعقد متين من أن الله تقدس إسمه لا مثل له وأن إيماننا بما ثبت من نعوته كإيماننا بذاته المقدسة إذ الصفات تابعة للموصوف فنعقل وجود الباري ونميز ذاته المقدسة عن الأشباه من غير أن نتعقل الماهية
فكذلك القول في صفاته نؤمن بها ونعقل وجودها ونعلمها في الجملة من غير أن نتعقلها أو نشبهها أو نكيفها أو نمثلها بصفات خلقه تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا


 [ جزء 1 - صفحة 14 ]


فالإستواء كما قال مالك الإمام وجماعة معلوم والكيف مجهول
فمن الأحاديث المتواترة الواردة في العلو
15 - حديث معاوية بن الحكم السلمي قال كانت لي غنم بين أحد والجوانية فيها جارية لي فاطلعتها ذات يوم فإذا الذئب قد ذهب منها بشاة وأنا رجل من بني آدم فأسفت فصككتها فأتيت النبي فذكرت ذلك له فعظم ذلك علي
فقلت يا رسول الله أفلا أعتقها قال ادعها فدعوتها فقال لها أين الله قالت في السماء
قال من أنا قالت أنت رسول الله
قال أعتقها فإنها مؤمنة هذا حديث صحيح رواه جماعة من الثقات عن يحيى بن أبي كثير عن هلال بن أبي ميمونة عن عطاء بن يسار عن معاوية السلمي أخرجه مسلم وأبو داود والنسائي وغير واحد من الأئمة في تصانيفهم يمرونه كما جاء ولا يتعرضون له بتأويل ولا تحريف


 [ جزء 1 - صفحة 15 ]


16 - عن عطاء بن يسار قال حدثني صاحب الجارية نفسه قال كانت لي جارية ترعى الحديث
وفيه فمد النبي يده إليها وأشار إليها مستفهما من في السماء قالت الله
قال فمن أنا قالت أنت رسول الله
قال أعتقها فإنها مسلمة
17 - وقال النسائي في تفسيره في قوله تعالى ثم استوى إلى السماء أخبرنا قتيبة عن مالك عن هلال بن أسامة عن عمر بن الحكم قال أتيت رسول الله فقلت يا رسول الله إن جارية لي كانت ترعى غنما لي فجئتها ففقدت شاة من الغنم فسألتها عنها فقالت أكله الذئب
فأسفت عليها وكنت من بني آدم فلطمت وجهها وعلي رقبة أفأعتقها فقال لها رسول الله أين الله قالت في السماء
قال فمن أنا قالت أنت رسول الله قال فأعتقها كذا سماه مالك عن عمر بن الحكم
18 - وقال عبد الرزاق حدثنا معمر عن الزهري عن عبيد الله بن عبد الله عن رجل من الأنصار أنه جاء بأمة سوداء فقال يا رسول الله إن علي عتق رقبة مؤمنة فإن كنت ترى هذه مؤمنة أعتقها فقال أتشهدين أن لا إله إلا الله قالت نعم
قال أتشهدين أن محمدا رسول الله قالت نعم
قال أتؤمنين بالبعث قالت نعم
قال أعقتها هذا حديث صحيح أخرجه ابن خزيمة في التوحيد
19 - وقال المسعودي عن عون عن أخيه عبيد الله هو ابن عتبة


 [ جزء 1 - صفحة 16 ]


عن أبي هريرة قال جاء رجل إلى رسول الله بجارية أعجمية فقال يا رسول الله إن علي رقبة مؤمنة فأعتق هذه فقال لها أين الله فأشارت إلى السماء
قال فمن أنا فأشارت إلى رسول الله ثم إلى السماء
قال اعتقها فإنها مؤمنة رواه جماعة عن المسعودي منهم يزيد بن هارون وإسناده حسن
فإما أن يكون عبيد الله قد سمعه من أبي هريرة أو لعله رواه عن الرجل الأنصاري فيحتمل أن يكون قضية أخرى ويحتمل أن يكون حديث الزهري بن عتبة عنه في عداد المرسل فيكون قوله عن رجل من الأنصار بلا سماع
وأما حديث المسعودي ففي مسند الإمام أحمد وسمعناه في مسند أبي هريرة للقاضي البرقي
20 - حديث لأبي معاوية الضرير عن سعيد بن المرزبان عن عكرمة عن ابن عباس قال جاء رجل إلى النبي ومعه جارية سوداء أعجمية فقال علي رقبة فهل تجزىء هذه عني فقال أين الله فأشارت بيدها إلى السماء
فقال من أنا قالت أنت رسول الله
قال اعتقها فإنها مؤمنة هذا محفوظ عن أبي معاوية لكن شيخه قد ضعف
21 - حديث محمد بن الشريد أن أمه أوصته أن يعتق عنها رقبة مؤمنة فقال يا رسول الله إن أمي أوصت بكذا وهذه جارية سوداء نوبية أتجزيء عني قال ائتني بها
فقال لها أين الله قالت في السماء
قال من أنا قالت أنت رسول الله
قال فاعتقها إنها


 [ جزء 1 - صفحة 17 ]


مؤمنة كذا روي هذا الحديث وليس إسناده بالقائم ويروى نحوه عن محمد بن الشريد بن سويد الثقفي عن أبي هريرة مرفوعا
وقيل صوابه عمر بن الرشيد
فالله أعلم
22 - حديث أورده أبو حفص بن شاهين في الصحابة أنه قال حدثنا علي بن أحمد العسكري حدثني محمد بن الحارث عن عبد الحميد حدثنا زهير بن عباد حدثنا حفص بن ميسرة عن زيد بن أسلم عن عكاشة الغنوي أنه كانت له جارية في غنم ترعاها ففقد منها شاة فضرب الجارية على وجهها ثم أخبر النبي بفعله وقال لو أعلم أنها مؤمنة لأعتقتها
فدعاها النبي فقال أتعرفيني قالت أنت رسول الله
قال فأين الله قالت في السماء قال اعتقها فإنها مؤمنة لا يعرف عكاشة إلا بهذا الخبر
23 - حديث أسامة بن زيد الليثي عن يحيى بن عبد الرحمن ابن حاطب قال جاء حاطب إلى رسول الله بجارية له فقال يا رسول الله إن علي رقبة فهل تجزيء هذه عني فقال لها رسول الله من أنا قالت أنت رسول الله قال فأين ربك فأشارت إلى السماء
قال اعتقها فإنها مؤمنة أخرجه القاضي أبو أحمد العسال في كتاب المعرفة
24 - حديث جابر بن عبد الله أن رسول الله قال في خطبته يوم عرفة ألا هل بلغت فقالوا نعم يرفع أصبعه إلى السماء وينكتها


 [ جزء 1 - صفحة 18 ]


إليهم ويقول اللهم اشهد أخرجه مسلم
25 - حديث أبي هريرة أن رسول الله قال الملائكة يتعاقبون فيكم ملائكة بالليل وملائكة بالنهار ويجتمعون في صلاة الفجر وصلاة العصر ثم يعرج إليه الذين باتوا فيكم فيسألهم وهو أعلم بهم كيف تركتم عبادي فيقولون أتيناهم وهم يصلون وتركناهم وهو يصلون متفق عليه
26 - حديث سمعناه من أحمد بن هبة الله وجماعة عن محمد بن عبد الواحد حدثنا إسماعيل بن علي أخبرنا محمد بن علي النحوي أخبرنا أبو بكر بن المقري حدثنا عبدان بن أحمد حدثنا عمرو بن موسى حدثنا حماد بن سلمة عن يعلى بن عطاء عن وكيع بن حدس عن أبي رزين العقيلي قال قلت يا رسول الله أين كان ربنا قبل أن يخلق السماوات والأرض قال كان في عماء ما فوقه هواء وما تحته هواء ثم خلق العرش ثم استوى عليه رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجه وإسناده حسن
وقد رواه شعبة وغيره عن يعلى وقالوا عدس بدل حدس ورواه إسحاق بن راهويه عن عبد الصمد بن عبد الوارث عن حماد وعنده ثم كان العرش فارتفع على عرشه وروى حرب عن ابن راهويه تحته هواء وفوقه هواء يعني السحاب
و قال أبو عبيد العماء الغمام
وقال الحسن بن عمران الحنظلي الهروي سمعت أبا الهيثم خالد بن يزيد الرازي يقول أخطأ أبو عبيد إنما العمى مقصور ولا يدري أين كان الرب يعني قبل خلق العرش ويروى عن أبي رزين حديث طويل بإسنادين مدنيين في الباب لكنه ضعيف
27 - حديث عمرو بن دينار عن أبي قابوس عن عبد الله بن عمرو بن

5)Berikutnya riwayat dalam Kitab Ibanah yang palsu telah dilontarkan dengan menunjukkan pada cetakan india oleh Al Kauthari merupakan manuskrip yang asli .Ini merupakan kebohongan yang cukup berbahaya dan mencurigakan sedikit pun tidak mempunyai kekuatan .Berikut bukti dua manuskrip kitab AL Ibanah yang dicetak pada tahun 85 dan yang dicetak sekitar tahun 2008 yang menunjukkan kesamaan .Padahal penerjemah kitab yang pertama bukanlah seorang Salafi (H.A.Solihin dan Afif Muhammad) .Selain itu juga di depan anda terdapat beragam cetakan Al Ibanah dan tidak satu pun menunjukkan pada pemalsuan .





Inilah bukti - bukti yang secara jelas memperlihatkan kebohongan dan kebodohan serta penyelewengan kaum penganut paham mutawafsufiyah yang mengira bahwa meraka akan memperoleh kemenangan dalam menghancurkan agama Allah .Justru dalam kesempatan ini dengan pemberkatan dan kemulian dari Sang Widhi Allah tiada Ilah selain dirinya beberapa syubhat ini telah kami tangkis dan kami perlihatkan berbagai aspek kelemahan pendapat mereka sendiri dan bagaimana mereka dapat membual dan menjilat ludah mereka .Allahu mutawakil 'alal muslimin wa shiyatul Qalam Allahu Mahar

Klaim Atas Kepalsuan Kitab Al Ibanah

Sebagaimana dipahami bahwa kalangan mutakallimin telah lama menuduh bahwa kaum muslimin eah melasukan termasuk para salafush Shalih terhadap matan Al Ibanah 'as Ushul Diyanah ()

Namun tuduhan ini akan diperlihatkan sebagai omongan konyol yang dibuat -buat tanpa didasari oleh pengetahuan dalam bentuk apa pun dan bahkan menunjukkan penyimpangan dan kesalahan mereka sebenarnya yang telah membual terhadal agama Allah dengan mencari pengesahan pada sumber yang asli dalam berbagai kitab para ulama .mereka melupakan bahwa kaum salaf Ash Shalih mempunyai segudang bukti yang dengan mudah bukan hanya menjustifikasi kitab Al Ibanah yang terdapat di kalangan mereka namun juga mengarahkan seluruh tuduhan itu secara penuh kekuatan terhadap yang pertama sekali berkata .Bukankah di dalam Islam untuk membuktikan sebuah keaslian dokumen /manuskrip hanya dengan mengandalkan periwayatan (musthal) dari sejumlah runtutan sanad atau pun membandingkannya dengan pemahaman kaum muslimin yang mu'tamd .Berikut beberapa cara ekseminasi dan pendapat dari para ulama Salafus Shalih yang menunjukka keaslian dari Al Ibanah yang akan sulit dimengerti mereka.

1)Sebagaimana diketahui bahwa selepes Imam Asy'ari kembali dari mazhab mutakallimin beliau telah mengarang dua kitab yang cukup besar yaitu Maqallat Al islamiyin dan juga Al Ibanah .Menurut penulis Syabadzatudz dzahab bahwa kitab terakhir yang ditulis oleh Asy'ari adalah Al Ibanah itu sendiri .Pendapat ini didukung oleh para cendikiawan muda Hilman Lathief yang mengatakan bahwa dalam mengumpulkan sejumlah riwayat mengenai kelompok yang menyeleweng dari agama Imam Asy;ari telah menetapkannya dalam Al Maqallat dan setelah itu menulis kitab Al Ibanah sebagai penjelasan dan juga justifikasi .Akan tetapi kitab terakhir beliau yang berjudul Al Lujma' Ar Raddk diragukan sepenuhnya merupakan kitab yang beliau tulis sebab perbedaan pemahaman 9millah dan juga manhaj dalam kitab ini dengan dua riwayat dari Al Maqalat dan Al Ibanah sebelumnya dalam berbagai tempat .


2) Kesaksian berikutnya terhadap keaslian dari kitab Al Ibanah juga diberikan oleh Imam Al "Ankabari dalam Syarahnya terhadap Al Ibanah .Dalam penulisan kitab Ini Imam Al Ankabari dengan tegas menetapkan bahwa pnulisan syarahnya dan juga pemahamannya merupakan bagian dari Manhaj Salaf .




 اَلشَّرْحِ وَالْإِبَانَةِ عَلَى أُصُولِ اَلسُّنَّةِ وَالدِّيَانَةِ
لابن بطة العنكبري
مُقَدِّمَةٌ  ([1])
وَبَعْدُ: فَقَدْ كَمُلَ اَلدِّينُ وَتَمَّ بِفَضْلِ اَللَّهِ تَعَالَى وَقَدْ عَاشَ أَصْحَابُ رَسُولِِ اَللَّهِ r فِي ظِلِّ هَذَا اَلدِّينِ تَجَمَعُهُمْ عَقِيدَةٌ صَحِيحَةٌ وَاضِحَةٌ فَقَدْ اِسْتَحْكَمَتْ آدَابُ اَلْإِسْلَامِ فِي نُفُوسِهِمْ فَضَرَبُوا أَرْوَعَ اَلْأَمْثِلَةِ لِأَجْيَالِ اَلدُّنْيَا قَاطِبَةً وَقَدْ شَهِدْتْ لَهُمْ نُصُوصُ اَلْقُرْآنِ بِهَذَا اَلسُّمُوِّ اَلْعَظِيمِ وَتِلْكَ اَلْمَكَانَةِ اَللَّائِقَةِ قَالَ اَللَّهُ تَعَالَى â كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ اَلْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاَللَّهِ  á ([2]) وَقَدْ زَكَّاهُمْ اَلْمَوْلَي سُبْحَانَهُ وَانْتَدَبَهُمْ لِيَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى اَلنَّاسِ قَالَ اَللَّهُ تَعَالَي â وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى اَلنَّاسِ  á ([3]) وَقَدْ خَلَفَ جِيلُ اَلصَّحَابَةِ أَبْنَاءَهُمْ وَأَحْفَادَهُمْ فَكَانُوا خَيْرَ خَلَفٍ لِخَيْرِ سَلَفٍ فَوَرِثُوا مَكَارِمَهُمْ وَتَمَسَّكُوا بِآدَابِهِمْ وَلَمْ يُفَرِّطُوا فِي شَيْءٍ مِنْ هَدْيِ اَلنُّبُوَّةِ وَإِرْثِ اَلصَّحَابَةِ فَكَانُوا نِعْمَةَ اَلْوَارِثِينَ وِسَادَةَ اَلْمُتَّقِينَ.
وَقَدْ دَخَلَ اَلنَّاسُ فِي دِينِ اَللَّهِ تَعَالَى طَوَاعِيَةً وَاخْتِيَارًا بَعْدَ أَنْ تَحَطَّمَتْ اَلْأَسْبَابُ اَلَّتِي كَانَتْ تَمْنَعُ وُصُولَ اَلْإِسْلَامِ إِلَى قُلُوبِهِمْ حَتَّى قَوِيَتْ شَوْكَةُ اَلْإِسْلَامِ وَكَثُرَ أَنْصَارُهُ فَبَسَطَ سِيَادَتَهُ عَلَى بِلَادٍ شَتَّى وَأَقَالِيمَ مُتَعَدِّدَةٍ وَقَدْ كَانَتْ هَذِهِ اَلْأَقَالِيمُ اَلْمَفْتُوحَةُ عَامِرَةً بِالدِّيَانَاتِ وَالْمَذَاهِبِ اَلْمُخْتَلِفَةِ وَكَانَ تُوَسَّعُ اَلْإِسْلَامِ فِيهَا عَلَى حِسَابِ تِلْكَ اَلدِّيَانَاتِ وَالْمَذَاهِبِ وَمَعَ أَنَّ اَلْغَالِبِيَّةَ اَلْعُظْمَى مِنْ أَتْبَاعِ هَذِهِ اَلدِّيَانَاتِ وَالْمَذَاهِبِ قَدْ دَخَلُوا فِي اَلْإِسْلَامِ- كَمَا قُلْنَا- طَوَاعِيَةً وَاخْتِيَارًا وَعَنْ

كَمَا كَانَ لِتَرْجَمَةِ كُتُبِ اَلْمَنْطِقِ وَالْفَلْسَفَةِ أَكْبَرُ اَلْأَثَرِ فِي إِدْخَالِ اَلْمَفَاهِيمِ اَلْغَرِيبَةِ عَلَى دِرَاسَةِ اَلْعَقِيدَةِ اَلْإِسْلَامِيَّةِ فِي عِلْمِ اَلْكَلَامِ , فَاشْتَدَّتِ اَلْمَعْرَكَةُ بَيْنَ اَلْحَقِّ وَالْبَاطِلِ وَبَلَغَتْ ذُرْوَتَهَا فِي أَيَّامِ اَلْإِمَامِ أَحْمَدَ أَكْثَرَ مِنْ ذِي قِبَلُ حَيْثُ قَامَ مُنَاصِرُو اَلتَّعْطِيلِ مِنَ اَلْجَهْمِيَّةِ مُسْتَنِدِيْنَ إِلَى سُلْطَانِ اَلْمَأْمُونِ فَرَاحُوا يَمْتَحِنُونَ اَلْعُلَمَاءَ وَيَنَالُونَ مِنْهُمْ وَبَعْدَ مَوْتِ اَلْمَأْمُونِ وَالْمُعْتَصِمِ تَسَلَّمَ اَلْمُتَوَكِّلُ زِمَامَ اَلْحُكْمِ فَأَحْيَا اَللَّهُ بِهِ مَذْهَبَ أَهْلِ اَلسُّنَّةِ وَعَلَتْ رَايَةُ اَلْحَقِّ وَابْتَدَأَ نَشَاطُ اَلدَّعْوَةِ إلى اَلْعَوْدَةِ إِلَى عَقِيدَةِ اَلسَّلَفِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمْ قَبْلِ أَنْ تَطْغَى عَلَيْهِمْ اَلْمَفَاهِيمُ اَلْفَلْسَفِيَّةُ وَالْمُجَادَلَاتُ اَلْكَلَامِيَّةُ , فَقَامَ اَلْإِمَامُ أَحْمَدُ  ([4]) بْنُ حَنْبَلٍ فَأَلَّفَ فِي بَيَانِ عَقِيدَةِ اَلْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ كِتَابَيْهِ اَلْمَعْرُوفَيْنِ "اَلسُّنَّةَ" و "اَلرَّدَّ عَلَى اَلزَّنَادِقَةِ و اَلْجَهْمِيَّةِ" وَتَلَاهُ اِبْنُهُ عَبْدُ اَللَّهِ فَكَتَبَ كِتَابَهُ اَلْمُوسَعَ "اَلسُّنَّةَ" فِي اَلرَّدِّ عَلَى اَلْمُعَطَّلِينَ وَالْوَاقِفَةِ وَاللَّفْظِيَّةِ وَالْمُشَبِّهَةِ, وَقَدْ تَوَالَى اَلتَّأْلِيفُ وَالتَّصْنِيفُ فِي عَقِيدَةِ اَلسَّلَفِ عَلَى ضَوْءِ اَلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ سِيَّمَا بَعْدَ أَنْ كَثُرَتِ اَلْفِرَقُ وَتَبَلْوَرَتْ أَفْكَارُهَا فَأَلَّفَ اَلْبُخَارِيُّ  ([5]) كِتَابَهُ "خَلْقَ أَفْعَالِ اَلْعِبَادِ" وَابْنُ أَبِي عَاصِمٍ اَلنَّبِيلُ  ([6]) كِتَابَ "اَلسُّنَّةِ" وَعُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ  ([7]) اَلدَّارِمِيُّ "اَلرَّدَّ عَلَى اَلْجَهْمِيَّةِ" "وَالرَّدَّ عَلَى بِشْرٍ اَلْمَرِيسِي"  ([8]) وَالْخِلَالُ كِتَابَ "اَلسُّنَّةِ" وَابْنُ خُزَيْمَةَ  ([9]) كِتَابَ "اَلتَّوْحِيدِ" وَالْعَسَّالُ  ([10]) كِتَابَ "اَلسُّنَّةِ" وَكَذَلِكَ اَلطَّبَرَانِيُّ  ([11]) والآَجِرِيُّ  ([12]) كِتَابَ "اَلشَّرِيعَةِ" وَكَانَ مِنْ بَيْنِ



اَلْأَنْظَارِ اَلْغَرِيبَةِ وَآرَاءِ عَهْدِ اِنْحِطَاطِ اَلْحَضَارَةِ اَلْإِسْلَامِيَّةِ مَعَ أَنَّ اَلْمَنْهَجَ اَلْعِلْمِيَّ اَلتَّارِيخِيَّ اَلصَّحِيحَ يَقْتَضِي أَنْ نَرْجِعَ إِلَى اَلْأُصُولِ اَلْأُولَى قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ  ([13]) .
فَإِذَا قَارَنَّا ذَلِكَ بِظَاهِرَةِ عَمَلِيَّاتِ إِحْيَاءِ تُرَاثِ اَلْمُعْتَزِلَةِ وَالْمُتَصَوِّفَةِ وَالْفِرَقِ اَلْأُخْرَى اِتَّضَحَتْ لَنَا ضَرُورَةُ اَلْعَمَلِ عَلَى إِحْيَاءِ تُرَاثِنَا اَلْإِسْلَامِيِّ اَلْعَظِيمِ وَنَشَرِ عُلُومِ اَلسَّلَفِ اَلصَّالِحِ وَمُسَاهَمَةً مِنِّى فِي هَذَا اَلْجَانِبِ جَعَلْتُ رِسَالَتِي لِلْمَاجِسْتِيرِ اَلدِّرَاسَةَ وَالتَّحْقِيقَ لِأَحَدِ اَلْكُتُبِ اَلسَّلَفِيَّةِ مَعَ اَلتَّعْلِيقِ عَلَيْهِ.
وَقَدِ اِخْتَرْتُ لِلدِّرَاسَةِ مِنْ بَيْنِ هَذِهِ اَلْكُتُبِ اَلسَّلَفِيَّةِ - كَمَا ذَكَرْتُ مِنْ قَبْلُ- كِتَابَ "اَلْإِبَانَةِ اَلصُّغْرَى" لِابْنِ بَطَّةَ, وَيَرْجِعُ اِخْتِيَارِي لِهَذَا اَلْكِتَابِ إِلَى اَلْأَسْبَابِ اَلْآتِيَةِ :-
1- أَنَّ هَذَا اَلْكِتَابَ يُمَثِّلُ مَذْهَبَ اَلْإِمَامِ أَحْمَدَ إِمَامِ أَهْلِ اَلسُّنَّةِ وَالْمَدَافِعِ عَنْ عَقِيدَةِ اَلسَّلَفِ لِأَنَّ اِبْنَ بَطَّةَ قَرِيبُ اَلْعَهْدِ مِنْ اَلْإِمَامِ أَحْمَدَ وَهُوَ عَلَى مَذْهَبِهِ فِي اَلْأُصُولِ كَمَا كَانَتْ إِقَامَتُهُ فِي عُكْبَرَا اَلَّتِي لَا تَبْعُدُ سِوَى عِدَّةِ فَرَاسِخَ عَنْ بَغْدَادَ مَوْطِنِ اَلْإِمَامِ أَحْمَدَ كَمَا أَنَّ اِبْنَ بَطَّةَ قَدْ رَوَى عَنْ تَلَامِذَةِ أَحْمَدَ .
2- إِنَّ اِبْنَ بَطَّةَ يُعْتَبَرُ مِنْ عُلَمَاءِ اَلْحَدِيثِ فِي عَصْرِهِ وَإِنَّ اَلرِّسَالَةَ اَلَّتِي بَيْنَ أَيْدِينَا قَدْ حَوَتْ مَا يَقْرُبُ مِنْ خَمْسِمِائَةٍ مِنَ اَلْأَحَادِيثِ وَالْآثَارِ, وَقَدْ كَانَ لِعُلَمَاءِ اَلْحَدِيثِ مَكَانَةٌ كَبِيرَةٌ فِي نُفُوسِ اَلْمُسْلِمِينَ وَلِذَا فَإِنَّ اَلنَّاسَ قَدْ وَضَعُوا ثِقَتَهُمْ فِيهِمْ وَصَارُوا يَتَعَرَّفُونَ عَلَى عَقَائِدِ اَلسَّلَفِ وَآرَائِهِمْ عَنْ طَرِيقِهِمْ وَهَذَا مِنْ أَهَمِّ اَلْأَسْبَابِ اَلَّتِي دَفَعَتْهُـمْ إِلَى اَلتَّصْنِيفِ فِي ذَلِكَ.
3- إِنَّ اَلْمَخْطُوطَةَ سَهْلَةٌ مُيَسَّرَةٌ مُخْتَصِرَةٌ قَدْ حَوَتْ أُصُولَ اَلْإِسْلَامِ كَامِلَةً وَالْمُؤَلِّفُ يَهْدِفُ بِهَذِهِ اَلرِّسَالَةِ إِلَى تَعْرِيفِ اَلْمُسْلِمِينَ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ اَلنَّبِيُّ r وَالصَّحَابَةُ فِي أَمْرِ اَلدِّينِ مِنَ اِعْتِقَادَاتٍ وَعِبَادَاتٍ وَمُعَامَلَاتٍ وَآدَابٍ وَبِذَلِكَ يَسْهُلُ اَلرُّجُوعُ إِلَيْهَا وَالِانْتِفَاعُ بِهَا.
4- اَلنِّسْيَانُ اَلَّذِي طَوَى هَذَا اَلْإِمَامَ اَلْجَلِيلَ قَدْ دَفَعَنِي إِلَى اَلتَّأْرِيخِ لَهُ وَنَشَرِ تُرَاثِهِ وَالتَّعْرِيفِ بِجُهُودِهِ فِي مَيْدَانِ اَلْعُلُومِ اَلشَّرْعِيَّةِ.
وَرَغْمَ صِغَرِ حَجْمِ اَلرِّسَالَةِ نِسْبِيًّا إِلَّا أَنَّهُ قَدْ وَاجَهَتْنِي فِي اَلْحُصُولِ عَلَى نُسْخَتِهَا وَتَحْقِيقِهاَ صُعُوبَتَانِ:



[1] - وهي خطبة الحاجة التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمها أصحابه وقد رواها سبعة من كبار الصحابة ، انظر رسالة ) خطبة الحاجة ) للشيخ محمد ناصر الدين الألباني.

[2] - وهي خطبة الحاجة التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمها أصحابه وقد رواها سبعة من كبار الصحابة ، انظر رسالة ) خطبة الحاجة ) للشيخ محمد ناصر الدين الألباني.

[3] - وهي خطبة الحاجة التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمها أصحابه وقد رواها سبعة من كبار الصحابة ، انظر رسالة ) خطبة الحاجة ) للشيخ محمد ناصر الدين الألباني.

[4] - توفي سنة 241.

[5] - توفي سنة 256 هـ .

[6] - توفي سنة 277هـ .

[7] - توفي سنة 280 هـ.

[8] - توفي سنة 311هـ .

[9] - توفي سنة 311هـ .

[10] - توفي سنة 349 هـ .

[11] - توفي سنة 360 هـ.

[12] - توفي سنة 360 هـ.

[13] - مقدمة كتاب "عقائد السلف ص 5 بتحقيق د: النشار والطالبي" واعتبرا تحقيق هذه الرسائل أول خطوة في هذه الدراسة التي تمثل المنهج السلفي ص 5 .



3)Berikutnya bahwa matan dalam kitab Al Ibanah tentang ajaran Ahlus Sunnah sesuai dengan apa yang diterangkan dalam kitab Al Maqallat dalam berbagai pembahasan sebagaimana yang diperlihatkan oleh beberapa pemahaman dalam kedua bagian berikut ini .

حكاية جملة قول أصحاب الحديث، وأهل السنّة
     جملة ما عليه أهل الحديث والسنّة، والإقرار بالله وملائكته، وكتبه، ورسله، وما جاء من عند الله، وما رواه الثقات عن رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يردّون من ذلك شيئاً، وأن الله سبحانه إلهٌ واحد فرد صمد لا إله غيره، لم يتّخذ صاحبةً ولا ولداً، وأن محمداً عبده ورسوله، وأن الجنّة حقٌّ، وأن النّار حقٌّ، وأن الساعة آتية لا ريب فيها، وأن الله يبعث من في القبور.
     وأن الله سبحانه على عرشه، كما قال: {الرحمن على العرش استوى} [طه: 5].
     وأن له يدين بلا كيف، كما قال: {خلقت بيدي} [ص:75].
     وكما قال: {بل يداه مبسوطتان} [المائدة: 65].
     وأن له عينين بلا كيف، كما قال: {تجري بأعيننا} [القمر: 14].
     وأن له وجهاً، كما قال: {ويبقى وجه ربّك ذو الجلال والإكرام} [الرحمن: 27].
     وأن أسماء الله لا يقال أنها غير الله، كما قالت المعتزلة والخوارج، وأقرّوا أن لله سبحانه عِلماً، كما قال: {أنزله بعلمه} [النساء: 166].
     وكما قال: {وما تحمل من أنثى ولا تضع إلا بعلمه} [فاطر: 11]. (ص: 291)
     وأثبتوا السمع والبصر، ولم ينفوا ذلك عن الله كما نفته المعتزلة، وأثبتوا لله القوّة، كما قال: {أَوَلم يروا أن الله الذي خلقهم هو أشدّ منهم قوّة} [فصلت: 15].
     وقالوا: أنه لا يكون في الأرض من خير ولا شرّ إلا ما شاء الله، وأن الأشياء تكون بمشيئة الله، كما قال عز وجل: {وما تشاؤن إلا أن يشاء الله} [التكوير: 29]
     وكما قال المسلمون: ما شاء الله كان، وما لا يشاء لا يكون.
     وقالوا: إن أحداً لا يستطيع أن يفعل شيئاً قبل أن يفعله، أو يكون أحد يقدر أن يخرج عن علم الله، أو أن يفعل شيئاً عَلِمَ الله أنه لا يفعله.
     وأقرّوا أنه لا خالق إلا الله، وأن سيئات العباد يخلقها الله، وأن أعمال العباد يخلقها الله عز وجل، وأن العباد لا يقدرون أن يخلقوا شيئاً.
     وأن الله سبحانه وفّق المؤمنين لطاعته، وخذل الكافرين، ولطف بالمؤمنين ونظر لهم، وأصلحهم وهداهم، ولم يلطف بالكافرين ولا أصلحهم، ولا هداهم، ولو أصلحهم لكانوا صالحين، ولو هداهم لكانوا مهتدين. (ص: 292)
     وأن الله سبحانه يقدر أن يُصلح الكافرين، ويلطف بهم حتى يكونوا مؤمنين، ولكنه أراد أن لا يصلح الكافرين ويلطف بهم، حتى يكونوا مؤمنين، ولكنه أراد أن يكونوا كافرين كما علم، وخذلهم وأضلّهم، وطبع على قلوبهم.
     وأن الخير والشرّ بقضاء الله وقدره، ويؤمنون بقضاء الله وقدره، خيره وشرّه، حلوه ومرّه، ويؤمنون أنهم لا يملكون لأنفسهم نفعاً ولا ضرّاً إلا ما شاء الله كما قال، ويلجئون أمرهم إلى الله سبحانه، ويُثبتون الحاجة إلى الله في كل وقت، والفقر إلى الله في كل حال.
     ويقولون أن القرآن كلام الله غير مخلوق، والكلام في الوقف، واللفظ من قال باللفظ أو بالوقف، فهو مبتدع عندهم، لا يقال اللفظ بالقرآن مخلوق، ولا يقال غير مخلوق.
     ويقولون أن الله سبحانه يُرى بالأبصار يوم القيامة، كما يُرى القمر ليلة البدر يراه المؤمنون، ولا يراه الكافرون، لأنهم عن الله محجوبون.
     قال الله عز وجل: {كلا إنهم عن ربهم يومئذٍ لمحجوبون} [المطففين: 15].
     وأن موسى عليه السلام سأل الله سبحانه الرؤية في الدنيا، وأن الله سبحانه تجلّى للجبل فجعله دكّاً فأعلمه بذلك أنه لا يراه في الدنيا، بل يراه في الآخرة. (ص: 293)
     ولا يُكفرون أحداً من أهل القبلة بذنب يرتكبه، كنحو الزنا والسرقة، وما أشبه ذلك من الكبائر، وهم بما معهم من الإيمان مؤمنون، وإن ارتكبوا الكبائر.
     والإيمان عندهم: هو الإيمان بالله وملائكته، وكتبه ورسله، وبالقدر خيره وشرّه، حلوه ومرّه، وإنّ ما أخطأهم لم يكن ليصيبهم، وما أصابهم لم يكن ليُخطئهم.
     والإسلام هو: أن يشهد أن لا إله إلا الله، وأن محمداً رسول الله على ما جاء في الحديث، والإسلام عندهم غير الإيمان.
     ويقرّون بأن الله سبحانه مقلّب القلوب.
     ويقرّون بشفاعة رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأنها لأهل الكبائر من أمّته وبعذاب القبر، وأن الحوض حقٌّ، والصراط حقٌّ، والبعث بعد الموت حقٌّ، والمحاسبة من الله عز وجل للعباد حقٌّ، والوقوف بين يدي الله حقٌّ.
     ويقرّون بأن الإيمان قول وعمل، يزيد وينقص، ولا يقولون مخلوق، ولا غير مخلوق.
     ويقولون: أسماء الله هي الله، ولا يشهدون على أحد من أهل الكبائر بالنار، ولا يحكمون بالجنّة لأحد من الموحّدين، حتى يكون الله سبحانه يُنزلهم حيث شاء.
     ويقولون: أمرُهُم إلى الله إنْ شاء عذّبهم، وإن شاء غفر لهم، ويؤمنون بأن الله سبحانه يُخرج قوماً من الموحّدين من النار على ما جاءت به الروايات عن رسول الله صلى الله عليه وسلم. (ص: 294)
     ويُنكرون الجدل والمراء في الدين، والخصومة في القدر، والمناظرة فيما يتناظر فيه أهل الجدل، ويتنازعون فيه من دينهم بالتسليم للروايات الصحيحة، ولما جاءت به الآثار التي رواها الثقات عدلاً عن عدل حتى ينتهي ذلك إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، ولا يقولون كيف ولا لم لأن ذلك بدعة.
     ويقولون: إن الله لم يأمر بالشر، بل نهى عنه، وأمر بالخير، ولم يرض بالشرّ، وإن كان مريداً له.
     ويعرفون حقّ السلف الذين اختارهم الله سبحانه لصحبة نبيّه صلى الله عليه وسلم، ويأخذون بفضائلهم، ويمُسكون عمّا شجر بينهم صغيرهم وكبيرهم، ويُقدّمون أبا بكر، ثم عمر، ثم عثمان، ثم عليّاً رضوان الله عليهم، ويُقرّون أنهم الخلفاء الراشدون المهديّون أفضل الناس كلّهم بعد النبيّ صلى الله عليه وسلم.
     ويصدّقون بالأحاديث التي جاءت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أن الله سبحانه ينزل إلى السماء الدنيا، فيقول: هل من مستغفر؟ كما جاء الحديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، ويأخذون بالكتاب والسنّة، كما قال الله عز وجل: {فإن تنازعتم في شيء فردّوه إلى الله والرسول} [النساء: 59]. (ص: 295)
     ويرون اتّباع من سلف من أئمة الدّين، وأن لا يبتدعوا في دينهم ما لم يأذن به الله.
     ويقرّون أن الله سبحانه يجيء يوم القيامة، كما قال: {وجاء ربك والملك صفّاً صفّاً} [الفجر: 22].
     وأن الله يقرب من خلقه كيف شاء، كما قال: {ونحن أقرب إليه من حبل الوريد} [ق: 16].
     ويرون العيد، والجمعة، والجماعة خلف كل إمام برٍّ وفاجر، ويُثبتون المسح على الخفّين سُنّةً، ويرونه في الحضر والسفر.
     ويُثبتون فرض الجهاد للمشركين منذ بعث الله نبيه صلى الله عليه وسلم إلى آخر عصابةٍ تُقاتل الدجّال، وبعد ذلك.
     ويرون الدعاء لأئمة المسلمين بالصّلاح، وأن لا يخرجوا عليهم بالسيف، وأن لا يقاتلوا في الفتنة، ويصدّقون بخروج الدجال، وأن عيسى بن مريم يقتله. (ص: 296)
     ويؤمنون بمنكر ونكير، والمعراج، والرؤيا في المنام، وأن الدعاء لموتى المسلمين والصدقة عنهم بعد موتهم تصل إليهم.
     ويصدّقون بأن في الدنيا سَحَرةً، وأن الساحر كافر كما قال الله، وأن السحر كائن موجود في الدنيا.
     ويرون الصلاة على كل من مات من أهل القبلة برّهم وفاجرهم، وموارثتهم.
     ويقرّون أن الجنّة والنّار مخلوقتان.
     وأن من مات مات بأجله، وكذلك من قُتل قُتل بأجله.
     وأن الأرزاق من قِبل الله سبحانه يرزقها عباده حلالاً كانت أم حراماً، وأن الشيطان يوسوس للإنسان، ويُشكّكه ويخبطه.
     وأن الصالحين قد يجوز أن يخصّهم الله بآياتٍ تظهر عليهم.
     وأن السنّة لا تُنْسَخ بالقرآن.
     وأنّ الأطفال أمرُهم إلى الله إنْ شاء عذَّبهم، وإنْ شاء فعل بهم ما أراد.
     وأن الله عالم ما العباد عاملون، وكتب أن ذلك يكون، وأن الأمور بيد الله، ويرون الصبر على حكم الله، والأخذ بما أمر الله به، والانتهاء عمّا نهى الله عنه، وإخلاص العمل، والنصيحة للمسلمين.
     ويدينون بعبادة الله في العابدين، والنصحية لجماعة المسلمين، واجتناب الكبائر والزنا، وقول الزور، والعصبية، والفخر والكِبر، والإزراء على الناس، والعُجْب. (ص: 297)
     ويرون مجانبة كل داعٍ إلى بدعة، والتشاغل بقراءة القرآن، وكتابة الآثار، والنظر في الفقه مع التواضع والاستكانة، وحسن الخُلُق، وبذل المعروف، وكفّ الأذى، وترك الغيبة والنميمة، والسّعاية، وتفقُّد المأكل والمشرب.
     فهذه جملة ما يأمرون به ويستعملونه ويرونه - وبكل ما ذكرنا من قولهم نقول وإليه نذهب، وما توفيقنا إلا بالله، وهو حسبنا ونعم الوكيل، وبه نستعين، وعليه نتوكل، وإليه المصير -. (ص: 298)
     فأما أصحاب عبد الله بن سعيد القطان
     فإنهم يقولون بأكثر ما ذكرناه عن أهل السنّة، ويُثبتون أن البارئ تعالى لم يزل حياً عالماً قادراً، سميعاً بصيراً، عزيزاً عظيماً، جليلاً كبيراً، كريماً مريداً، متكلّماً جواداً.
     ويُثبتون العلم والقدرة والحياة، والسمع والبصر، والعظمة والجلال والكبرياء، والإرادة والكلام صفاتٍ لله سبحانه.
     ويقولون: إن أسماء الله سبحانه وصفاته لا يقال هي غيره، ولا يقال أن علمه غيره، كما قالت الجهمية.
     ولا يقال أن علمه هو هو، كما قال بعض المعتزلة، وكذلك قولهم في سائر الصفات، ولا يقولون العلم هو القدرة، ولا يقولون غير القدرة.
     ويزعمون أن الصفات قائمة بالله، وأن الله لم يزل راضياً عمّن يعلم أنه يموت مؤمناً ساخطاً على من يعلم أنه يموت كافراً، وكذلك قوله في الولاية والعداوة والمحبّة.
     وكان يزعم أن القرآن كلام الله غير مخلوق، وقوله في القدر كما حكينا عن أهل السنّة والحديث، وكذلك قوله في أهل الكبائر، وكذلك قوله في رؤية الله سبحانه بالأبصار.
     وكان يزعم أن البارئ لم يزل، ولا مكان ولا زمان قبل الخلق، وأنه على ما لم يزل عليه، وأنه مستوٍ على عرشه كما قال، وأنه فوق كل شيء تعالى. (ص: 299)

4)Kesaksian Lainnya juga diberikan dalam berbagai kitab mengenai Sifat Istiwa sebagaimana yang diterangkan dalam Al Ibanah dalam bagian kelima dengan terang benderang .Berikut kutipan dari riwayat mukhtasar Al 'Uluw (1/1-17) yang juga memberikan pendapat serupa


بسم الله الرحمن الرحيم
مقدمة المصنف
لا إله إلا الله عدة للقاء الله
رب يسر وأعن وتمم واختم بخير في عافية يا كريم
الحمد لله العلي العظيم رب العرش العظيم على نعمه السابغة الظاهرة والباطنة والحمد لله على نعمة التوحيد وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له شهادة توجب من فضله المزيد
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله خاتم الأنبياء والشفيع في اليوم الشديد
وعلى آله صلاة أدخرها ليوم الوعيد
أما بعد فإني كنت في سنة إحدى وتسعين وستمائة جمعت أحاديث وآثارا في مسألة العلو وفاتني الكلام على بعضها ولم أستوعب ما ورد في ذلك فذيلت على ذلك مؤلفا أوله سبحان الله العظيم وبحمده على حلمه بعد علمه
والآن فأرتب المجموع وأوضحه هنا وبالله أستعين وهو حسبنا ونعم الوكيل
[ جزء 1 - صفحة 8 ]
الآيات والأحاديث الواردة في العلو
[ جزء 1 - صفحة 11 ]
آيات الإستواء والعلو
1 - قال الله تعالى ومن أصدق من الله قيلا إن ربكم الله الذي خلق السموات والأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش
2 - وقال تعالى وهو الذي خلق السموات والأرض في ستة أيام وكان عرشه على الماء
3 - وقال تعالى في وصف كتابه العزيز تنزيلا ممن خلق الأرض والسموات العلى الرحمن على العرش استوى
4 - وقال تعالى الذي خلق السموات والأرض وما بينهما في ستة أيام ثم استوى على العرش الرحمن
إلى غير ذلك من آيات الإستواء
5 - وقال تعالى ثم استوى إلى السماء وهي دخان فقال لها وللأرض ائتيا طوعا أو كرها قالتا أتينا طائعين
6 - وقال تعالى ثم استوى إلى السماء فسواهن سبع سموات
7 - وقال تعالى يدبر الأمر من السماء إلى الأرض ثم يعرج إليه في يوم كان مقدراه ألف سنة متما تعدون
8 - وقال تعالى إليه يصعد الكلم الطيب
9 - وقال تعالى إني متوفيك ورافعك إلي


 [ جزء 1 - صفحة 12 ]


10 - وقال تعالى وما قتلوه يقينا بل رفعه الله إليه
11 - وقال تعالى في الملائكة يخافون ربهم من فوقهم
12 - وقال تعالى أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض فإذا هي تمور أم أمنتم من في السماء أن يرسل عليكم حاصبا
13 - وقال تعالى ذي المعارج تعرج الملائكة والروح إليه
14 - وقال تعالى وقال فرعون يا هامان ابن لي صرحا لعلي أبلغ الأسباب أسباب السموات فأطلع إلى إله موسى وإني لأظنه كاذبا
إلى غير ذلك من نصوص القرآن العظيم جل منزله وتعالى قائله


 [ جزء 1 - صفحة 13 ]


الأحاديث الواردة في العلو
فإن أحببت يا عبد الله الإنصاف فقف مع نصوص القرآن والسنن ثم انظر ما قاله الصحابة والتابعون وأئمة التفسير في هذه الآيات وما حكوه من مذاهب السلف
فإما أن تنطق بعلم وإما أن تسكت بحلم
ودع المراء والجدال فإن المراء في القرآن كفر كما نطق بذلك الحديث الصحيح
وسترى أقوال الأئمة في ذلك على طبقاتهم بعد سرد الأحاديث النبوية
جمع الله قلوبنا على التقوى الهوى
فإننا على أصل صحيح وعقد متين من أن الله تقدس إسمه لا مثل له وأن إيماننا بما ثبت من نعوته كإيماننا بذاته المقدسة إذ الصفات تابعة للموصوف فنعقل وجود الباري ونميز ذاته المقدسة عن الأشباه من غير أن نتعقل الماهية
فكذلك القول في صفاته نؤمن بها ونعقل وجودها ونعلمها في الجملة من غير أن نتعقلها أو نشبهها أو نكيفها أو نمثلها بصفات خلقه تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا


 [ جزء 1 - صفحة 14 ]


فالإستواء كما قال مالك الإمام وجماعة معلوم والكيف مجهول
فمن الأحاديث المتواترة الواردة في العلو
15 - حديث معاوية بن الحكم السلمي قال كانت لي غنم بين أحد والجوانية فيها جارية لي فاطلعتها ذات يوم فإذا الذئب قد ذهب منها بشاة وأنا رجل من بني آدم فأسفت فصككتها فأتيت النبي فذكرت ذلك له فعظم ذلك علي
فقلت يا رسول الله أفلا أعتقها قال ادعها فدعوتها فقال لها أين الله قالت في السماء
قال من أنا قالت أنت رسول الله
قال أعتقها فإنها مؤمنة هذا حديث صحيح رواه جماعة من الثقات عن يحيى بن أبي كثير عن هلال بن أبي ميمونة عن عطاء بن يسار عن معاوية السلمي أخرجه مسلم وأبو داود والنسائي وغير واحد من الأئمة في تصانيفهم يمرونه كما جاء ولا يتعرضون له بتأويل ولا تحريف


 [ جزء 1 - صفحة 15 ]


16 - عن عطاء بن يسار قال حدثني صاحب الجارية نفسه قال كانت لي جارية ترعى الحديث
وفيه فمد النبي يده إليها وأشار إليها مستفهما من في السماء قالت الله
قال فمن أنا قالت أنت رسول الله
قال أعتقها فإنها مسلمة
17 - وقال النسائي في تفسيره في قوله تعالى ثم استوى إلى السماء أخبرنا قتيبة عن مالك عن هلال بن أسامة عن عمر بن الحكم قال أتيت رسول الله فقلت يا رسول الله إن جارية لي كانت ترعى غنما لي فجئتها ففقدت شاة من الغنم فسألتها عنها فقالت أكله الذئب
فأسفت عليها وكنت من بني آدم فلطمت وجهها وعلي رقبة أفأعتقها فقال لها رسول الله أين الله قالت في السماء
قال فمن أنا قالت أنت رسول الله قال فأعتقها كذا سماه مالك عن عمر بن الحكم
18 - وقال عبد الرزاق حدثنا معمر عن الزهري عن عبيد الله بن عبد الله عن رجل من الأنصار أنه جاء بأمة سوداء فقال يا رسول الله إن علي عتق رقبة مؤمنة فإن كنت ترى هذه مؤمنة أعتقها فقال أتشهدين أن لا إله إلا الله قالت نعم
قال أتشهدين أن محمدا رسول الله قالت نعم
قال أتؤمنين بالبعث قالت نعم
قال أعقتها هذا حديث صحيح أخرجه ابن خزيمة في التوحيد
19 - وقال المسعودي عن عون عن أخيه عبيد الله هو ابن عتبة


 [ جزء 1 - صفحة 16 ]


عن أبي هريرة قال جاء رجل إلى رسول الله بجارية أعجمية فقال يا رسول الله إن علي رقبة مؤمنة فأعتق هذه فقال لها أين الله فأشارت إلى السماء
قال فمن أنا فأشارت إلى رسول الله ثم إلى السماء
قال اعتقها فإنها مؤمنة رواه جماعة عن المسعودي منهم يزيد بن هارون وإسناده حسن
فإما أن يكون عبيد الله قد سمعه من أبي هريرة أو لعله رواه عن الرجل الأنصاري فيحتمل أن يكون قضية أخرى ويحتمل أن يكون حديث الزهري بن عتبة عنه في عداد المرسل فيكون قوله عن رجل من الأنصار بلا سماع
وأما حديث المسعودي ففي مسند الإمام أحمد وسمعناه في مسند أبي هريرة للقاضي البرقي
20 - حديث لأبي معاوية الضرير عن سعيد بن المرزبان عن عكرمة عن ابن عباس قال جاء رجل إلى النبي ومعه جارية سوداء أعجمية فقال علي رقبة فهل تجزىء هذه عني فقال أين الله فأشارت بيدها إلى السماء
فقال من أنا قالت أنت رسول الله
قال اعتقها فإنها مؤمنة هذا محفوظ عن أبي معاوية لكن شيخه قد ضعف
21 - حديث محمد بن الشريد أن أمه أوصته أن يعتق عنها رقبة مؤمنة فقال يا رسول الله إن أمي أوصت بكذا وهذه جارية سوداء نوبية أتجزيء عني قال ائتني بها
فقال لها أين الله قالت في السماء
قال من أنا قالت أنت رسول الله
قال فاعتقها إنها


 [ جزء 1 - صفحة 17 ]


مؤمنة كذا روي هذا الحديث وليس إسناده بالقائم ويروى نحوه عن محمد بن الشريد بن سويد الثقفي عن أبي هريرة مرفوعا
وقيل صوابه عمر بن الرشيد
فالله أعلم
22 - حديث أورده أبو حفص بن شاهين في الصحابة أنه قال حدثنا علي بن أحمد العسكري حدثني محمد بن الحارث عن عبد الحميد حدثنا زهير بن عباد حدثنا حفص بن ميسرة عن زيد بن أسلم عن عكاشة الغنوي أنه كانت له جارية في غنم ترعاها ففقد منها شاة فضرب الجارية على وجهها ثم أخبر النبي بفعله وقال لو أعلم أنها مؤمنة لأعتقتها
فدعاها النبي فقال أتعرفيني قالت أنت رسول الله
قال فأين الله قالت في السماء قال اعتقها فإنها مؤمنة لا يعرف عكاشة إلا بهذا الخبر
23 - حديث أسامة بن زيد الليثي عن يحيى بن عبد الرحمن ابن حاطب قال جاء حاطب إلى رسول الله بجارية له فقال يا رسول الله إن علي رقبة فهل تجزيء هذه عني فقال لها رسول الله من أنا قالت أنت رسول الله قال فأين ربك فأشارت إلى السماء
قال اعتقها فإنها مؤمنة أخرجه القاضي أبو أحمد العسال في كتاب المعرفة
24 - حديث جابر بن عبد الله أن رسول الله قال في خطبته يوم عرفة ألا هل بلغت فقالوا نعم يرفع أصبعه إلى السماء وينكتها


 [ جزء 1 - صفحة 18 ]


إليهم ويقول اللهم اشهد أخرجه مسلم
25 - حديث أبي هريرة أن رسول الله قال الملائكة يتعاقبون فيكم ملائكة بالليل وملائكة بالنهار ويجتمعون في صلاة الفجر وصلاة العصر ثم يعرج إليه الذين باتوا فيكم فيسألهم وهو أعلم بهم كيف تركتم عبادي فيقولون أتيناهم وهم يصلون وتركناهم وهو يصلون متفق عليه
26 - حديث سمعناه من أحمد بن هبة الله وجماعة عن محمد بن عبد الواحد حدثنا إسماعيل بن علي أخبرنا محمد بن علي النحوي أخبرنا أبو بكر بن المقري حدثنا عبدان بن أحمد حدثنا عمرو بن موسى حدثنا حماد بن سلمة عن يعلى بن عطاء عن وكيع بن حدس عن أبي رزين العقيلي قال قلت يا رسول الله أين كان ربنا قبل أن يخلق السماوات والأرض قال كان في عماء ما فوقه هواء وما تحته هواء ثم خلق العرش ثم استوى عليه رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجه وإسناده حسن
وقد رواه شعبة وغيره عن يعلى وقالوا عدس بدل حدس ورواه إسحاق بن راهويه عن عبد الصمد بن عبد الوارث عن حماد وعنده ثم كان العرش فارتفع على عرشه وروى حرب عن ابن راهويه تحته هواء وفوقه هواء يعني السحاب
و قال أبو عبيد العماء الغمام
وقال الحسن بن عمران الحنظلي الهروي سمعت أبا الهيثم خالد بن يزيد الرازي يقول أخطأ أبو عبيد إنما العمى مقصور ولا يدري أين كان الرب يعني قبل خلق العرش ويروى عن أبي رزين حديث طويل بإسنادين مدنيين في الباب لكنه ضعيف
27 - حديث عمرو بن دينار عن أبي قابوس عن عبد الله بن عمرو بن

5)Berikutnya riwayat dalam Kitab Ibanah yang palsu telah dilontarkan dengan menunjukkan pada cetakan india oleh Al Kauthari merupakan manuskrip yang asli .Ini merupakan kebohongan yang cukup berbahaya dan mencurigakan sedikit pun tidak mempunyai kekuatan .Berikut bukti dua manuskrip kitab AL Ibanah yang dicetak pada tahun 85 dan yang dicetak sekitar tahun 2008 yang menunjukkan kesamaan .Padahal penerjemah kitab yang pertama bukanlah seorang Salafi (H.A.Solihin dan Afif Muhammad) .Selain itu juga di depan anda terdapat beragam cetakan Al Ibanah dan tidak satu pun menunjukkan pada pemalsuan .





Inilah bukti - bukti yang secara jelas memperlihatkan kebohongan dan kebodohan serta penyelewengan kaum penganut paham mutawafsufiyah yang mengira bahwa meraka akan memperoleh kemenangan dalam menghancurkan agama Allah .Justru dalam kesempatan ini dengan pemberkatan dan kemulian dari Sang Widhi Allah tiada Ilah selain dirinya beberapa syubhat ini telah kami tangkis dan kami perlihatkan berbagai aspek kelemahan pendapat mereka sendiri dan bagaimana mereka dapat membual dan menjilat ludah mereka .Allahu mutawakil 'alal muslimin wa shiyatul Qalam Allahu Mahar