Sebagaimana diketahui bahwa gagasan peradaban dan kultural yang maju akan melihat aspek – aspek yang membahas mengenai seksualisme dalam kajian tertentu sebagai sebuah bentuk pornografi .Akan tetapi justru pornografi sendiri merupakan sebuah sudut ideologis dan premisme dari semua gagasan awal keagamaan dari berbagai komunitas .Sekalipun dalam banyak hal gagasan Aristoteles yang menganggap bahwa “edict dan ethic” adalah sebuah garis tegas yang menempatkan segala aspek “kebinatangan” (Animalian) tersendiri dan menganggapnya sebagai hal yang bertentangan dengan civil doctrine dan meletakkan pornografi sebagai jenis penyelewengan dari sebuah aspek sosial dan sistem kemasyarakatan (stratio social) .Namun justru beberapa orang tidak mengetahui bahwa porografi sendiri merupakan bagian dari dogma keagamaan sendiri dan juga sebagai jalan untuk memahami dan merancang sebuah pengertian etstetik akan Allah yang transden .Sebagai contoh bahwa dalam kitab “Ramayana” dikemukakan bagaimana seksualitas antara Sri Rama yang berusia snagat muda dengan “Shinta” melalui ungkapan sangat vulgar .Beberapa literatur agama Yudaisme beraliran Seoferitis juga mengemukakan mengenai persetubuhan antara Allah dan Shekinah dalam proses prokreasi .Selain itu bahkan Islam sendiri mempunyai beragam literatur yang berasal dari para pembesar “teosofisme” yang mengisahkan berbagai pemikiran atas hubungan seksual alegori sebagai sebuah bentuk “khalwat” (percintaan) untuk mengungkapkan kerinduan seorang penganut tasauf .
Salah satu literatur yang cukup terkenal dalam hal ini antara lain Kitab Al Hub yang dikompilasikan oleh Jalaluddin Rumi (1208) yang merupakan seorang pembesar dari kalangan sekte Hulul .Sebagaimana diketahui bahwa dalam literatur tersebut Jalaluddin Rumi mengemukakan sebuah ungkapan yang begitu agung dengan makna “seksualitas” dan kecintaan dalam konteks bagaimana dia dapat bercinnta dengan Allah dengan pemahaman sangat penuh “ghizrah” dan “himmah” .Beliau mengatakan dalam puisinya yang begitu romatik ,
Pergilah ke pangkuan Allah,
maka Allah meraih engkau ke dada-Nya dan mencium engkau
dan menyatakan Diri-Nya supaya engkau tidak lari meninggalkan-Nya
tetapi meletakkan seluruh hatimu pada-Nya, siang dan malam
maka Allah meraih engkau ke dada-Nya dan mencium engkau
dan menyatakan Diri-Nya supaya engkau tidak lari meninggalkan-Nya
tetapi meletakkan seluruh hatimu pada-Nya, siang dan malam
Lihatlah, aku telah mencoba segala sesuatu, berpaling ke segala arah
Tetapi tidak pernah kutemukan seorang sahabat sebaik engkau
Aku kecap setiap mata air, setiap buah anggur,
Tetapi tidak pernah kukecap anggur semanis engkau…
Tetapi tidak pernah kutemukan seorang sahabat sebaik engkau
Aku kecap setiap mata air, setiap buah anggur,
Tetapi tidak pernah kukecap anggur semanis engkau…
Sebagaimana diketahui bahwa beliau telah mengatakan sebuah kisah perumpamaan yang begitu mengagumkan tentang kisah percintaannya yang penuh hubungan seksual dan pernuh kekaguman dalam menyampaikan pesan – pesan keagamaan (teosofi) dalam bentuk hikayat yang penuh erotisme .Sebagaimana diketahui bahwa beliau juga telah menyerukan mengenai sebuah prinsip mengenai percintaan itu sendiri sebagai “mengingat Allah” dalam kerohanian manusia agar keduanya dapat melebur menjadi sebuah tubuh .Beliau menguraikan tentang sebuah kisah yang cukup menarik untuk memberikan pengajaran tentang kasus (permasalahan) Allah dapat menghadirkan cintaNya kepada para hamba .Hal ini beliau ceritakan dalam beberapa bagian berikut :
(1) Alkisah terdapat seorang Khalifah Mesir yang jatuh cinta pada seorang gundik kerajaan Mosul yang gambarnya telah dilihat oleh Sang Khalifah .
(2) Untuk memperoleh gundik itu ,khalifah mengutus seorang jendralnya untuk menyerang kerajaan Mosul .
(3) Setelah beralu waktu berminggu – minggu ,korban pun berjatuhan .
(4) Sehingga Raja Mosul mengirimkan seorang perutusan untuk menanyakan kepada khalifah mengapa khalifah memerangi negaranya .
(5) Namun mengertilah raja bahwa Khalifah hanya menginginkan gundiknya dan diserahkanlah dengan keralaan .
(6) Ketika Sang Kaprten menatap wajah gundik itu ,jatuh cintalah dia .
(7) Berhari- hari sang kapten tidak bisa tidur dan sering bermimpi menyetubuhi sang gundik.
(8) Tanpa kecemasan pada malam hari ,Kapten tersebut mengambil gundik tersebut dan membawanya ke perkemahan .
(9) Daripada dia membawa sang gundik kepada Khalifah akan lebih tepat apabila dia merasakan kemolekan dan kenikmatan tubuh gundik tersebut .
(10)Maka disobeknyalah celana gundik tersebut dan dibaringkanlah tubuhnya di atas tubuh gundik itu sehingga teganglah alat kelaminnya .
(11)Namun terjadilah kegaduhan di sekitar perkemahan ,seeokor singa merayap masuk dan mencoba merusakkan dan menghancurkan tempat – tempat tentara .
(12)Ketika dilihatnya akan kekacauan ,Sang Kapten pun maju dengan tubuh telanjang dengan menghunuskan sebuah pedang yang begitu kuat dan menghantamkannya ke tubuh singa.
(13) Setelah itu alat kelaminnya pun menegang dan dia pun kembali mendatangi gundik yang begitu bergairah atas kekuatan dari Kapten tersebut .
(14) Setelah itu disetubuhilah perempuan itu penuh dengan kekuatan dan kedahsyatan .
(15)Setelah itu dia pun memperingatkan agar gundik itu jangan memberitahukan apa pun mengenai persetubuhan mereka kepada Khalifah .
(16)Maka dia pun membawa gundik tersebut kepada Khalifah .
(17)Ketika Khalifah melihatnya dengan kepalanya sendiri ,kagumlah dirinya dan teganglah burungnya .
(18)Namun ketika itu terdengarlah kegemirincing bunyi seeokor tikus.
(19)Ketika itu susutlah nafsu syahwatnya .
(20)Maka heranlah seluruh istana dan gundik itu pun tertawa .
(21)Sebab dilihatnya nafsu Khalifah itu hilang hanya disebabkan oleh ringkihan seekor tikus .
(22) Dikatakanlah oleh gundik itu betapa lemahnya keperksaan Khalifah dibandingkan Kapten yang telah menyetubuhi dirinya .
Secara khusu dapat dipahami dalam hal ini bahwa suara tikus tersebut merupakan peringatan dari Allah ta’ala agar Khalifah menghindari persetubuhan dengan manusia .Perlu diketahui bahwa kalangan tarekat Mauwli menganggap sebagaimana pula kelompok tarekat lainnya bahwa persenggamaan antara Anak Adam merupakan sebuah bentuk kehinaan dan juga penghujatan terhadap prinsip kezuhudan .Sehingga dalam hal ini ajaran Khalawitayah bersifat “estorik” dan juga mengandung seruan untuk menghindari kesenangan ragawi .Akan tetapi perlu dikatahui bahwa pemikiran Rumi sendiri telah ditentang keras bahkan oleh kalangan Tasauf sendiri dari opposan dan tandingan Mazhab Ahlus Sunnah dan Qaramath .Dalam beberapa kesempatan Imam Ibn Taimiyah dalam risalahnya tentang Tasauf telah menuduh beberapa kebid’ahan dari ajaran ini .Akan tetapi perlu dipahami bahwa Rumi sendiri hanya ingin menyampaikan hakikat dan pengajaran kemanusiaan yang begitu kuat dalam mengguncang kedahsyatan “birahi” .
Selanjutnya yang perlu dipahami bahwa teks – teks seperti ini merupakan bagian dari cara sebuah jalan dari ritus keagamaan untuk memberikan pengajaran dari kezuhudan dan kemuliaan hakikat ,Akan tetapi banyak tantangan yang ditujukan oleh beberapa kalangan sebagaimana dikatakan oleh Ioanes Rakhmat bahwa jenis teks seperti ini telah merusak gagasan akan pikiran suci yang terlepas dari nafus .Namun sebagaimana diketahui bahwa berbagai teks yang membahas seksualitas hanya merupakan sebuah bentuk “sekularisme” yang dibentuk ketika itu bersamaan dengan pemikiran keagamaan dan dengan sendirinya telah memberikan bantuan sebagai sebuah uraian ringkas .
Selain itu hal serupa dapat diketahui dalam literatur Biblos terutama dalam bagian PL dan beberapa kitab para nabi .Secara umum bagian dari Kidung Agung (Shir Ha Shirim) ,Misylai Sholomo ,Qohel dan sebagainya merupakan teks – teks yang bersifat teo-epilogi dan sangat bergantuk kepada pemikiran dan pemahaman dari hasil pemahaman “kultur”.Bukan berarti bahwa teks – sz yang dihasilkan dari “poetry” ini memperoleh pengakuan begitu saja .Sebagaimana diketahui bahwa teks ini berasal dari kalangan Aristokr dan oleh sebab itu dianggap tidak mempunyai status teologis .Sehingga proses dalam menjadikannya sebagai bagian dari Alkitab pun memperoleh tantangan terutama dari kalangan tenrtentu yang mempermasalahkan posisinya sebagai teks kerohanian .Akan tetapi yang dapat dipahami dalam perdebatan tersebut bahwa penggunaan teks pornografi tidak lain hanya dijadikan sebagai peralatan dan bukan merupakan hakikat yang ingin disampaikan .Sehingga dengan demikian berbagai aspek berkaitan dengan pengajaran “etis” bukanlah sebuah “penyelewengan” dan hal ini diakui oleh kalangan tertentu pada sebuah masa sebagai sebuah jenis pengajaran .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar